Kalau
kita mengamati Wayang kulit sebagai salah satu warisan budaya yang perlu
dilestarikan, Yang ditampilkan paling awal oleh dalang sebelum mengawali lakon
wayang adalah Gunungan.karena dalam gambar detail gunungan tersebut terdapat gambaran kehidupan
alam dan alam semesta ini, mulai dari tumbuhan, hewan, alam/hutan belantara dan
tentu saja manusia yang mengambil peran dominan didalamnya. Kesenian wayang
kulit tersebut masih memiliki banyak penggemar. Hal itu tidak mengherankan jika
wayang kulit memiliki berbagai nilai. Salah satu cara menentukan nilai atau
bobot dalam kesenian wayang kulit dengan mendeskripsikan makna-makna yang
terkandung di dalamnya.
Adalah
salah besar jika kita sebagai pemilik kebudayaan wayang, tidak mengerti wayang
sama sekali. Jika anak cucu kita tidak mau belajar budaya jawa, suatu ketika
bakal terjadi orang Jawa belajar budaya jawa dari orang asing. atau dalam
pepatah Jawa Wong Jawa ora ngerti jawane. Agar kita tidak dikatakan sebagai
orang yang tidak tahu akan diri kita sendiri, maka kami akan mencoba mengupas
simbolisme ukiran gunungan atau kayon pada wayang kulit.
Gunungan
Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT. Gambar pohon dalam gunungan melambangkan kehidupan manusia di dunia ini, bahwa Allah SWT telah memberikan pengayoman dan perlindungan kepada umatnya yang hidup di dunia ini. Beberapa jenis hewan yang berada didalamnya melambangkan sifat, tingkah laku dan watak yang dimiliki oleh setiap orang. Gambar kepala raksasa itu melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan. Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia. Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran manusia. Gambar Cingkoro Bolo-bolo Upoto Memegang tameng dan godho dapat diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang. gambar rumah joglo melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia. Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan. Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya.
Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT. Gambar pohon dalam gunungan melambangkan kehidupan manusia di dunia ini, bahwa Allah SWT telah memberikan pengayoman dan perlindungan kepada umatnya yang hidup di dunia ini. Beberapa jenis hewan yang berada didalamnya melambangkan sifat, tingkah laku dan watak yang dimiliki oleh setiap orang. Gambar kepala raksasa itu melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan. Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia. Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran manusia. Gambar Cingkoro Bolo-bolo Upoto Memegang tameng dan godho dapat diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang. gambar rumah joglo melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia. Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan. Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya.
Adakah orang jawa yang tidak suka mendengarkan wayang?
Pasti ada. Tidak sedikit orang jawa yang tidak suka mendengarkan cerita wayang.
Alasan mereka tentu bermacam-macam. Misalnya, ngantuk, tidak begitu mengerti
dan memahami bahasa yang digunakan, dan lain-lain. Tapi yang paling ekstrim
ketika orang jawa tidak mau mendengarkan cerita wayang gara-gara lakon yang
diagung-agungkan hanya orang Pandawa, yang mempunyai sifat mulia, mau menolong,
suka prihatin, tahan penderitaan, karenanya menjadi sakti. Sebaliknya dalam
perang barata yuda sifat dan karakter orang-orang kurawa digambarkan sebagai
orang yang jelek-jelek terus, Doyan makan, doyan tidur, licik, oportunis,
munafik, mau menang sendiri, dan pengecut. Sehingga ketika sifat-sifat tersebut
berkali-kali diungkapkan pak dalang, si pendengar tadi malah merasa
tersinggung. (Soalnya sifatnya sama dengan pendengar tersebut).
0 comments:
Post a Comment