This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, July 31, 2012

Pengadaan Kepala Sekolah

C.E Beeby (1981) dalam bukunya “Pendidikan di Indonesia” menguraikan tentang masih rendahnya kemampuan Kepala Sekolah baik di Sekolah Dasar maupun di Sekolah Lanjutan, meski diakui Kepala Sekolah Lanjutan lebih tinggi kualitasnya karena umumnya berkualifikasi Sarjana, namun tetap saja Kinerja/Kepemimpinan Kepala Sekolah masih dianggap gagal dimana “sebab utama dari kegagalan dalam kepemimpinan para Kepala Sekolah ini terletak pada organisasi intern Sekolah lanjutan itu sendiri”. Sementara Sherry Keith dan Robert H. Girling (1991) mengutip laporan Coleman Report menyebutkan bahwa dalam penelitian efektifitas sekolah 32% prestasi siswa dipengaruhi kualitas manajemen sekolah. Ini berarti bahwa kinerja kepala sekolah dalam manajemen pendidikan akan juga berdampak pada prestasi siswa yang terlibat di dalam sekolah tersebut.

Untuk melahirkan seorang kepala sekolah yang profesional dibutuhkan sistem yang kondusif, baik rekrutmen maupun pembinaan. Dari proses rekrutmen yang sarat KKN mustahil dilahirkan seorang kepala sekolah yang profesional. Dibutuhkan sistem rekrutmen yang berfokus pada kualitas dan pembinaan yang berorientasi pada kinerja dan prestasi dengan ”reward & punishment” yang tegas dan konsekuen untuk melahirkan seorang kepala sekolah yang tangguh.
Pengadaan kepala sekolah merupakan proses mendapatkan calon kepala sekolah yang paling memenuhi kualifikasi dalam rangka mengisi formasi kepala sekolah dalam satuan pendidikan tertentu. Rangkaian kegiatan pengadaan kepala sekolah terdiri dari : penetapan formasi, rekrutmen calon, seleksi calon dan pengangkatan calon yang paling memenuhi kualifikasi. Tahap rekrutmen dan seleksi merupakan tahap yang paling krusial, yang jika terjadi salah langkah pada tahap ini bisa berakibat fatal bagi sekolah yang mendapat kepala sekolah yang kurang kompeten. Tidak sedikit sekolah yang sebenarnya memiliki potensi besar karena siswa yang masuk merupakan siswa berprestasi tapi tidak berkembang, stagnan, bahkan mengalami kemunduran akibat kepala sekolah yang tidak kompeten.
Untuk melahirkan kepala sekolah yang profesional, Depdiknas telah menelorkaan regulasi Peraturan Menteri No.28 tahun 2010 Tentang Pedoman Dan Panduan Pelaksanaan Pengadaan Kepala Sekolah, untuk dijadikan pegangan bagi daerah dalam pengadaan kepala sekolah. Beberapa prinsip rekrutmen yang penting dalam pengadaan kepala sekolah menurut permendiknas Nomor 28 thn 2010 adalah :
  1. Rekrutmen calon kepala sekolah dilakukan secara rutin pada awal tahun berdasarkan hasil analisis dan penetapan formasi jabatan kepala sekolah
  2. Rekrutmen calon kepala sekolah dilakukan secara proaktif dalam rangka mendapatkan guru yang paling menjanjikan untuk menjadi kepala sekolah. Rekrutmen calon kepala sekolah hendaknya dilakukan melalui proses pencarian secara aktif kepada semua guru yang dipandang memiliki kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah, sehingga guru-guru yang memiliki kualifikasi dak kompetensi yang paling menjanjikan banyak melamar dan mengikuti seleksi calon kepala sekolah.
  3. Rekrutmen calon kepala sekolah dilakukan secara terbuka melalui surat kabar lokal dalam rangka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru yang memenuhi kualifikasi.
Sesuai permendiknas nomor 28 Tahun 2010 Bab X tentang ketentuan penutup dalam jangka waktu paling lama 2 tahun sejak berlakunya permediknas ini , Pemerintah kabupaten/kota dan penyelenggara sekolah wajib menyiapakan program penyiapan calon kepala sekolah .

LPPKS yang mempunyai Tupoksi menyiapkan pengembangan dan pemberdayaan kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk mesosialisasikan Prog Penyiapan calon Kepsek di kab/kota seluruh Indonesia dengan harapan :
  • Tercipta pemahaman yang sama pada semua lembaga yang terlibat dalam penyelenggaraan diklat calon kepala sekolah/madrasah;
  • Pemahaman yang sama dalam penyelenggaraan diklat akan menghasilkan proses yang terstandar; dan
  • Proses diklat calon kepala sekolah/madrasah yang terstandar akan menghasilkan calon-calon kepala sekolah yang betul-betul berpotensi dan kompeten.

Lahirnya Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010, tentang Penugasan guru sebagai kepala sekolah / madrasah merupakan bentuk pengendalian standar profesi kepala sekolah / madrasah yang intinya memberikan acuan dalam hal: penyiapan calon kepala sekolah / madrasah, Masa tugas, Pengembangan keprofesian berkelanjutan, Penilaian kinerja kepala sekolah /madrasah, dan mutasi serta pemberhentian sebagai kepala sekolah / madrasah. Dengan lahirnya permensiknas nomor 28/2010 ini maka Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 162/U/2003, tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah dinyatakann tidak berlaku . Mengingat strategisnya peran kepala sekolah dalam peningkatan kualitas pendidikan maka proses pengadaan kepala sekolah, baik rekrutmen mapupun seleksi menjadi salah satu faktor terpenting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Proses Penyiapan calon kepaka sekolah/madrasah meliputi Rektrutmen, Pendidikan dan Pelatihancalon kepala sekolah/madrasah. Rektrutmen bertujuan untuk memilih guru-guru yang memiliki pengalaman dan potensi terbaik untuk mendapatkan tugas sebagai kepala sekolah/madrasah, dengan langkah-langkah kegiatan yang meliputi : (1). pengusulan calon oleh kepala sekolah dan atau pengawas sekolah, (2). Seleksi administrative, dan Seleksi akademik. Seleksi administrstif berupa pemeriksaan terhadap dokumen administrasi calon kepala sekolah dengan tujuan untuk memastikan bahwa calon kepala sekolah memenuhi persaratan administrative seperti tercantum dalam permendiknas nomor 28 tahun 2010 pasal 2 ayat (2),
  • Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  • Memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan perguruan tinggi yang terakreditasi;
  • Berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah/ madrasah; atau setinggi-tingginya 54 tahun pada saat mengajukan lamaran.
  • Sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari dokter Pemerintah;
  • Tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
  • Memiliki sertifikat pendidik;
  • Pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenis dan jenjang sekolah/madrasah masing-masing, kecuali di taman kanak-kanak/raudhatul athfal/taman kanak-kanak luar biasa (TK/RA/TKLB) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA/TKLB;
  • Memiliki golongan ruang serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi guru bukan PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang dibuktikan dengan SK inpasing;
  • Memperoleh nilai amat baik untuk unsur kesetiaan dan nilai baik untuk unsur penilaian lainnya sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukan PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
  • Memperoleh nilai baik untuk penilaian kinerja sebagai guru dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Persyaratan administrasi di atas didukung dengan dokumen administrasi sebagai berikut:

a. Daftar Riwayat Hidup.
b. Pas foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 4 lembar. Latar belakang warna merah, pria berdasi dan wanita     memakai blasér.
c. Fotocopy SK CPNS dan SK PNS yang telah dilegalisasi.
d.Fotocopy SK GTY (SK Guru Tetap Yayasan) yang telah dilegalisasi.
e. Fotocopy SK Pangkat terakhir yang telah dilegalisasi.
f. Fotocopy ijazah pendidikan tertinggi yang telah dilegalisasi.
g. Fotocopy Sertifikat Pendidik yang telah dilegalisasi.
h. Fotocopy bukti kepemilikan NUPTK.
i. Fotocopy KTP.
j. Fotocopy Penilaian Kinerja dua tahun terakhir.
k. Fotocopy DP3 dua tahun terakhir
l. Surat keterangan melaksanakan tugas mengajar dari kepala sekolah/madrasah.
m. Surat Keterangan sehat dari dokter Rumah Sakit pemerintah.
n. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).

Seleksi dilaksanakan oleh Panitian termasuk di dalamnya Tim Asessor ( terlatih ) Dinas Pendidikan pemuda dan olahraga kab/kota.nSeleksi akademik meliputi : a. Penilaian potensi kepemimpinan (PPK) , b. Penilaian makalah Kepemimpinan ( MK ) , c. Penilaian portofolio calon kepala sekolah berupa rekomendasi kepala sekolah dan rekomendasi pengawas sekolah, d. Penilaian kinerja guru 2 tahun terakhir, dan, e. DP3 dua tahun terakhir.

Diklat calon kepala sekolah dilaksanakan oleh lembaga diklat terakreditasi yang merupakan kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teorik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi : Kompetensi kepribadian, Kompetensi menejerial, Kompetensi Kewirausahaan, Kompetensi supervisi dan, Kompetensi soasial.

Model Diklat calon kepala sekolah/madrasah dikemas dalam 3 tahap : a. model “In-Service Learning 1 (70 JP/ 7 hari ). Materi :-Kepemimpinan , -Manajerial , -Supervisi , -Kewirausahaan, -Rencana Tindak (RTK) , b. On-the Job Learning (200 JP /3 Bulan) 150 jp di sekolah sendiri (peningkatan kualitas kinerja yang terkait dengan 4 snp: isi, proses, penilaian dan standar kompetensi lulusan) 50 jp di sekolah lain (peningkatan kualitas diri (dan kinerja jika kondisi memungkinkan) Materi : -Implementasi Rencana Tindakan Kepemimpinan, c. In-Service Learning 2”. 30 JP / 3 hari , Materi : -Penilaian portfolio, -Presentasi hasil OJL: implementasi Rencana Kepemimpinan

Model ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang terpadu antara aspek pengetahuan kognitif dan pengalaman empirik sesuai dengan karakteristik peserta diklat sebagai adult learner. Calon kepala sekolah yang dinyatakan lulus dilat diberi STTPP ( Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan) oleh lembaga diklat yang menyelenggarakan diklat calon kepala sekolah tersebut. Selanjutnya calon kepala sekolah yang sudah lulus Diklat calon kepala sekolah diusulkan oleh lembaga Diklat ke LPPKS (Lembaga Pemberdayaan Kepala Sekolah ) untuk mendapatkan NUKS ( Nomor Unik Kepala Sekolah ) dan Sertifikat kepala sekolah.

Pengangkatan Kepala sekolah / madrasah dilakukan melalui penilaian akseptabilitas oleh Tim Pertimbangan Pengakatan Kepala Sekolah ( TPPKS) yang ditetapkan oleh Pemerintah kabupaten/kota atau penyelenggara sekolah/madrasah yang dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan kewenangannya. Tim Pertimbangan Pengangkatan Kepala Sekolah melibatkan unsur Pengawas sekolah, dan Dewan Pendidikan.

Proses rekrutmen kepala sekolah yang baik belum cukup untuk menghasilkan kepala sekolah yang tangguh dan profesional jika tidak disertai pembinaan yang baik, yaitu pembinaan yang berorientasi pada kinerja dan prestasi dengan ”reward & punishment” yang tegas dan konsisten. Pembinaan kepala sekolah seperti yang berlaku selama ini ’kepala sekolah berprestasi maupun tidak berprestasi tetap aman menjadi kepala sekolah’, bahkan kepala sekolah yang sarat dengan masalahpun tetap aman pada posisinya sampai pensiun, kecil kemungkinan lahir kepala sekolah yang tangguh dan profesional. Dibutuhkan sistem pembinaan yang menimbulkan motivasi berprestasi, seperti penghargaan dan promosi bagi kepala sekolah berprestasi dan sebaliknya peninjauan kembali jabatan kepala sekolah bagi mereka yang tidak berprestasi.

Sebelum lahirnya Permendiknas no 28 tahun 2010 ini, telah ada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 0296/U/1996, tanggal 1 Oktober 1996 tentang Penugasan Guru Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Sekolah di lingkungan Depdikbud dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah telah mengarah pasa sistim pembinaan di atas .

Ada dua aspek penting dalam kedua Kepmen tersebut yang sejalan dengan permendiknas no.28 tahun 2010 yaitu : Kepala Sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah dan masa jabatan Kepala Sekolah selama 4 (empat) tahun serta dapat diperpanjang kembali selama satu masa tugas berikutnya bagi kepala sekolah yang berprestasi sangat baik. Status Kepala Sekolah adalah guru dan tetap harus menjalankan tugas-tugas guru, mengajar dalam kelas minimal 6 jam dalam satu minggu di samping menjalankan tugas sebagai seorang manajer sekolah. Begitu juga ketika masa tugas tambahan berakhir maka statusnya kembali menjadi guru murni dan kembali mengajar di sekolah.

Pada tataran praktis implementasi kedua Kepmen tersebut tidak berjalan mulus. Banyak daerah yang tidak memperdulikannya. Kepmen 0296/U/1996 yang berlaku saat pengelolaan pendidikan dilaksanakan secara terpusat disiasati dengan memutihkan masa jabatan kepala sekolah setiap terjadi rotasi. Kepala Sekolah yang hampir habis masa jabatannya dirotasi dan masa jabatannya kembali ke nol tahun. Nasib Kepmen 162/U/2003 tidak jauh berbeda walaupun relatif lebih baik. Beberapa daerah sudah mulai melaksanakan Kepmen tersebut. Namun masih banyak yang belum merealisasikan permen tersebut karena benturan kepentingan dan sulitnya merubah kultur.Namun pada permendiknas no 28 tahun 2010 yaang akan diberlakukan tahun 2013 yang akan datang masa jabatan diperhitungkan secara komulatif sejak kepala sekolah tersebut diangkat dan tidak kembali nol walaupun sudah mutasi ke sekolah lain sebagai kepala sekolah.

Periodisasi masa jabatan Kepala sekolah yang dilaksanakan secara konsisten dengan penilaian kinerja yang akuntabel serta transfaran akan mendorong peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah. Kepala Sekolah akan bekerja keras untuk meningkatkan prestasi sekolahnya sebagai bukti prestasi kinerjanya, sehingga masa jabatannya bisa diperpanjang atau mendapat promosi jabatan yang lebih tinggi. Prestasi yang diraih sekolah-sekolah akan meningkatkan mutu pendidikan di daerah dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Keberhasilan pelaksanaan periodisasi masa jabatan kepala sekolah sangat tergantung pada akuntabilitas penilaian kinerja kepala sekolah. Penilaian yang berbau KKN tidak akan memberikan perubahan yang berarti bagi peningkatan mutu pendidikan. Penilaian harus dilakukan secara objektif, transfaran

Monday, July 30, 2012

Definitions and Summary of Research

Educators have examined the impact of media on learning since at least 1912, when the American psychologist Edward L. Thorndike recommended pictures as a labor saving device for instruction. Five questions about media and learning will be briefly examined. The first section will define media and summarize the results of research on learning from media, the relative cost of media use, and the impact of media on access to education. The second section describes new research on the economic benefits of instructional media, including suggestions for "cognitive efficiency" studies. The third section presents new information about learning problems caused by poor design of instructional media "displays." The fourth part will examine claims that new media enhance student's motivation to learn. The final section will describe work on technology integration that focuses on learning how to solve problems.

Definitions and Summary of Research
Media are generally defined as the means by which information is conveyed from one place to another. In the past century, various forms of media have been used to convey instruction and to support learning. Examples of instructional media include traditional means of delivering instruction (chalkboards, textbooks, overhead projectors, and teachers), mass media used for education (newspapers, movies, radio, and television), and the newer "electronic" instructional media (computers, interactive video, and multimedia systems). All instruction requires the selection and use of at least one medium to deliver instruction. Many alternative media and mixtures of media may be chosen for any given learning goal and group of students. Thus, research questions have compared the learning benefits of various media and mixes of media for different types of learning goals and students at different ages and aptitude levels. Thousands of studies have been and continue to be conducted.

Sunday, July 29, 2012

Model Pembelajaran Kolaborasi


        Pembelajaran kolaborasi (Colaboration Learning) merupakan model pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar (Yufiarti 2003). Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai suatu moel pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok  kecil untu mencapai tujuan yang sama.
                   Pendekatan  kolaborasi bertujuan agar siswa dapat membangun pengetahuannya melalui dialog, saling membagi informasi sesame siswa dan guru sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan mental pada tingkat tinggi. Model ini digunakan pada setiap mata pelajaran terutama yang mungkin berkembang sharing of information  di antara siswa
                   Belajar kolaborasi digambarkan sebagai suatu model pengajaran  yang mana para siswa bekerja sama dalam kelompok –kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar kolaboratif, para siswa bekerja sama menyelesaikan masalah yang sama, dan bukan secara individual menyelesaikan bagian-bagian yang terpisah dari masalah tersebut. Dengan demikian, selama berkolaborasi para siswa bekerja sama membangun pemahaman dan konsep yang sama menyelesaikan setiap bagian dari masalah atau tugas tersebut.
                   Pendekatan kolaboratif dipandang sebagai proses membangun dan mempertahankan konsepsi yang sama tentang suatu masalah. Dari sudut pandang ini, model belajar kolaboratif menjadi efisien karena para anggota kelompok belajar dituntut untuk berfikir secara interaktif. Para ahli berpendapat bahwa  berfikir secara interaktif. Para ahli berpendapaat bahwa berfikir bukanlah sekedar memanipulasi objek-objek mental, melainkan juga interaksi dengan orang lain  dan dengan lingkungan.
                   Dalam kelas yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa dalam berbagai cara khusus guru  mendorong siswa untuk menggunakan  pengetahuan mereka, menghormati rekan kerjanya dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi.
                   Peran guru  dalam model pembelajaran kolaboratif adalah sebagai mediator. Guru menghubungkan informasi baru terhadap pengalaman siswa dengan proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang harus dilakukan jika siswa mengalami kesulitan dan membantu mereka belajar tentang bagaimana caranya belajar. Lebih dari itu, guru sebagai mediator  menyesuaikan tingkat informasi siswa dan mendorong agar siswa memaksimalkan kemampuannya untuk bertanggung jawab atas  proses belajar mengajar selanjutnya.
                   Sebagai mediator guru menjalani tiga peran, yaitu berfungsi sebagai fasilitator, model dan pelatih. Sebagai fasilitator guru menciptakan lingkungan dan kreativitas yang kaya guna membantu siswa membangun pengetahuannya. Dalam rangka menjalankan peran ini, ada tiga hal pula yang harus dikerjakan. Pertama, mengatur lingkungan fisik, termasuk pengaturan tata letak perabot dalam ruangan serta  persediaan berbagai sumber daya dan peralatan yang dapat membantu proses belajar mengajar siswa. Kedua, menyediakan lingkungan social yang mendukung proses belajar siswa, seperti mengelompokkan siswa secara heterogen dan mengajak siswa mengembangkan struktur social yang mendorong munculnya perilaku yang sesuai untuk berkolaborasi antar siswa , ketiga, guru memberikan tugas memancing munculnya interaksi antarsiswa dengan lingkungan fisik maupun social di sekitarnya. Dalam  hal ini, guru harus mampu memotivasi anak.
                   Peran sebagai model dapat diwujudkan dengan cara membagi pikiran tentang suatu hal (thinking aloud)  atau menunjukkan pada siswa tentang bagaimana melakukan sesuatu secara bertahap (demonstrasi) . Di samping itu menunjukkan pada siswa bagaimana cara berpikir sewaktu melalui situasi kelompok yang sulit dan melalui masalah komunikasi adalah sama pentingnya dengan mencontohkan bagaimana cara  membuat perencanaan, memonitor penyelesaian tugas dan mengukur apa yang sudah dipelajari.
                   Peran guru sebagai pelatih mempunyai prinsip utama yaitu menyediakan bantuan secukupnya pada saat siswa membutuhkan sehingga siswa   tetap memagang tanggung jawab atas proses belajar  mereka sendiri. Hal ini dilakukan dengan memberikan petunjuk dam umpan balik, mengarahkan kembali usaha siswa serta membantu mereka menggunakan strategi tertentu.
                   Salah satu ciri penting dari kelas yang menerapkan model pembelajaran kolaboratif adalah siswa tidak dikotak-kotakan berdasarkan kemampuannya, minatnya, ataupun karakteristik dan mengurangi kesempatan siswa untu belajar bersama siswa lain. Dengan demikian, semua siswa dapat belajar dari siswa dan tidak ada siswa yang tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan  masukan dan menghargai masukan yang diberikan orang lain.
                   Model kolaboratif dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika terjadi kolaboratif, semua siswa aktif. Mereka saling berkomunikasi secara alami. Dalam sebuah kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 anak, di sana guru sudah membuat rancangan agar siswa yang satu dengan yang lain bisa berkolaborasi. Dalam kelompok yang sudah ditentukan oleh guru, fasilitas yang ada pun diusahakan anak mampu berkolaborasi. Misalnya dalam kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 tersebut seorang guru hanya menyiapkan 2 sampai 3 kotak alat  mewarna yang dipakai secara bergantian. Dengan harapan setiap siswa bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Dengan komunikasi aktif antar siswa akan terjalin hubungan yang baik dan saling menghargai. Alat tersebut bukan milik pribadi, melainkan sudah menjadi milik bersama. Setiap anak tidak merasa memiliki  secara pribadi, tetapi bisa dipakai bersama. Paa saat yang sama mempunyai keinginan untuk memakainya maka aka terjadi komunikasi yagn alami dengan penggunaan santun bahasa. Dalam kondisi seperti ini seperti guru hanya mengamati cara kerja siswa  dan cara berkomunikasi serta menjadi pembanding saat siswa memerlukan bantuan.
                   Untuk kolaborasi dalam sebuah mata pelajaran, seorang guru memberikan tugas secara kelompok dengan  tujuan yang sama. Setiap siswa dalam kelompok saling berkolaborasi dengan membagi pengalaman. Dari pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing kelompok, disimpulkan secara bersama. Dalam hal in guru berperan sebagai pembimbing dan membagi tugas supaya diskusi kelompok bisa berjalan dengan baik dengan yang direncanakan
                   Dalam kelas yang menggunakan model pembelajaran kolaboratif, situasi yang terjadi adalah pengetahuan yang terbagi antara guru dan siswa. Dengan kata lailn, baik guru maupun siswa dipandang sebagai sumber informas. Situasi ini jelas berbeda dengan situasi yang umumnya terjadi dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional guru dipandang  sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan yang mengalir satu arah dari guru ke murid atau semua pembelajaran berpusat pada guru.
                                                Untuk mencapai tujuan yang efektif, seorang  guru perlu menciptakan berbagai cara mengajar yang sesuai dengan mata pelajaran  sehingga dapat berjalan efektif.

Saturday, July 28, 2012

Pembukaan Olimpiade London 2012



Tujuh tahun persiapan Inggris menjadi tuan rumah Olimpiade 2012 berakhir manis di Stadion Olympic, London. Aksi
teatrikal kolosal nan megah menandai pembukaan pesta olahraga terbesar sejagad itu.

Sejumlah tokoh nyata dan karakter fiksi dilibatkan dalam teatrikal bertajuk 'Isles of Wonder' arahan sutradara kenamaan Danny Boyle. Panggung dibuka dengan aksi teatrikal yang menggambarkan perjalanan masyarakat Inggris dari abad pertengahan bernuansa pedesaan hingga abad modern bernuansa industrial. 
Di atas panggung seluas 15 ribu meter persegi, digambarkan bagaimana rakyat Inggris bersatu bahu membahu menyukseskan penyelenggaraan Olimpiade. Teatrikal tersebut ditutup dengan bersatunya lima cincin yang mewakili negara-negara dari lima benua yang ikut serta. 

Sunday, July 22, 2012

Pengertian Gerak


Dalam keseharian, kita sering menyaksikan benda-benda melakukan gerak. Misalnya jarum jam yang berputar dan bendulnya juga bergetar, mobil yang melaju di jalan raya, bola yang ditendang, anak berlari-lari, pohon-pohon yang seolah-olah bergerak penjauhi penumpang bus dan sebagainya.
Pada gambar di atas, tampak bahwa jarum jam bergerak dengan lintasan melingkar dan bandulnya bergetar ke kiri dan ke kanan, mobil memiliki lintasan lurus, dan bola melambung dengan lintasan parabola.
Gerak benda dengan lintasan lurus disebut gerak lurus. Inilah yang akan kita pelajari di sini.

Gerak relatif
Gerak itu bersifat relatif. Artinya suatu benda yang bergerak terhadap terhadap benda tertentu belum tentu bergerak terhadap benda lainnya.
Sebuah benda dikatakan bergerak terhadap benda lain jika kedudukan antara kedua benda itu berubah sama lain.

Perhatikan gambar berikut.
Gerak relatif
Mobil A diam. Mobil B dan C dihubungkan dengan tali. Jika mobil C bergerak ke kanan, maka mobil B ikut tertarik.
Dari pengertian gerak, muncul pertanyaan :
1. Apakah C bergerak terhadap A?
2. Apakah C bergerak terhadap B?
Dari kegiatan di atas, didapatkan bahwa jarak antara mobil C dan mobil B tidak berubah, sedangkan jarak antara mobil C dengan mobil A sekarang lebih jauh.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa mobil C bergerak terhadap mobil A. Sedangkan, mobil C tidak bergerak terhadap mobil B.
Gerak semu
Sebuah benda dikatakan melakukan gerak satu, jika benda tersebut tampak seolah-olah bergerak, padahal benda tersebut sebenarnya diam.
Gerak semu
Gambar di atas memperlihatkan contoh gerak semu.
Seseorang yang berada di dalam mobil akan melihat pohon-pohon, rumah-rumah, dan benda lain yang di luar tampak bergerak. Padahal benda-benda itu diam, mobilnya yang bergerak.
Peristiwa lain, adalah matahari yang seolah-olah bergerak dari timur ke barat (terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat). Padahal sesungguhnya, bumilah yang berputar pada sumbunya dari barat ke timur, sedangkan matahari tetap diam di tempatnya.

Saturday, July 21, 2012

Induksi Elektromagnetik


Induksi Elektromagnetik

Terjadinya Induksi Elektromagnetik

Ketika kutub utara magnet digerakkan memasuki kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke salah satu arah (misalnya ke kanan). Jarum galvanometer segera kembali menunjuk ke nol (tidak menyimpang) ketika magnet tersebut didiamkan sejenak  di dalam kumparan. Ketika magnet batang dikeluarkan, maka jarum galvanometer akan menyimpang dengan arah yang berlawanan (misalnya ke kiri).

Jarum galvanometer menyimpang disebabkan adanya arus yang mengalir dalam kumparan. Arus listrik timbul karena pada ujung-ujung kumparan timbul beda potensial ketika magnet batang digerakkan masuk atau keluar dari kumparan.
Beda potensial yang timbul ini disebut gaya gerak listrik induksi (ggl induksi).

Ketika magnet batang digerakkan masuk, terjadi penambahan jumlah garis gaya magnetik yang memotong kumparan (galvanometer menyimpang atau ada arus yang mengalir). Ketika batang magnet diam sejenak maka jarum galvanometer kembali ke nol (tidak ada arus yang mengalir). Ketika batang magnet dikeluarkan terjadi pengurangan jumlah garis gaya magnetik yang memtong kumparan (galvanometer menyimpang dengan arah berlawanan).

Jadi, akibat perubahan jumlah garis gaya magnetik yang memotong kumparan, maka pada kedua ujung kumparan timbul beda potensial atau ggl induksi. Arus listrik yang disebabkan oleh perubahan jumlah garis gaya magnetik yang memotong kumparan disebut arus induksi.

Faktor-Faktor yang  Menentukan Besar GGL
Besarnya ggl induksi tergantung pada tiga faktor, yaitu ;
1) banyaknya lilitan kumparan
2) kecepatan keluar-masuk magnet dari dan keluar kumparan
3) kuat magnet batang yang digunakan

Alat-Alat yang Bekerja Berdasar Prinsip Induksi Elektromagnetik
1. Generator
Generator adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi kinetik menjadi energi listrik.
Ada dua jenis generator, yaitu :
a. Generator arus bolak-balik (AC) atau alternator
b. Generator arus searah (DC)
Perbedaan antara generator arus bolak-balik dengan arus searah hanya terletak pada bentuk cincin luncur yang berhubungan dengan kedua ujung kumparan. Pada generator arus bolak-balik terdapat dua buah cincin luncur, sedangkan pada generator arus searah terdapat sebuay cincin yang terbelah di tengahnya (cincin belah atau komutator).

Ggl  atau arus induksi pada alternator dapat diperbesar dengan empat cara :
1) memakai kumparan dengan lilitan lebih banyak\
2) memakai magnet yang lebih kuat
3) melilit kumparan pada inti besi lunak
4) memutar kumparan lebih cepat

Contoh generator arus bolak-balik :
- dinamo sepeda
- generator AC pembangkit listrik

2. Transformator
Transformator atau trafo adalah alat yang digunakan untuk mengubah tegangan bolak-balik (AC) dari suatu nilai ke nilai tertentu. Trafo terdiri dari pasangan kumparan primer dan sekunder yang terpisah dan dililitkan pada inti besi lunak.
Ada dua jenis trafo, yaitu
1) Trafo step up (penaik tegangan)
2) Trafo step down (penurun tegangan)

Friday, July 20, 2012

Uji Kompetensi Guru

Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan menjadikan peran yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tuntutan peran guru tersebut menjadi semakin besar dengan telah dicanangkannya â€Å“guru sebagai profesi” oleh Presiden pada tanggal 4 Desember 2004. Sehingga pada tahun 2005 terbitlah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sehubungan dengan hal tersebut, kebijakan Pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru telah dilakukan melalui berbagai upaya. Profesionalisme guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kode etik profesi. Pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui upaya peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan dan diperuntukan bagi semua guru baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Sehubungan dengan itu, uji kompetensi guru (UKG) dilakukan untuk pemetaan kompetensi, pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dan sebagai entry point penilaian kinerja guru (PKG). Dengan demikian UKG bukan merupakan resertifikasi atau uji kompetensi ulang maupun untuk memutus tunjangan profesi.

Thursday, July 19, 2012

GERAK PADA TUMBUHAN

Gerak Endonom
Gerak endonom adalah gerak tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan atau faktor-faktor yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri. Gerak endonom disebut juga autonom.
Macam-macam gerak endonom, yaitu:

  1. Nutasi :
    Gerak spontan dari tumbuhan yang tidak disebabkan adanya rangsangan dari luar.
    Misalnya:
    Gerakan aliran sitoplasma pada tanaman air Hydrilla verticillata.
     
  2. Higroskopis :
Gerak bagian tumbuhan yang terjadi karena adanya perubahan kadar air pada tumbuhan secara terus menerus, akibatnya kondisi menjadi sangat kering pada kulit buah atau kotak spora sehingga kulit biji atau kotak spora pecah.
Misalnya:
Pecahnya kulit buah polong-polongan (lamtoro, kembang merak, kacang buncis, kacang kedelai). Hal ini disebabkan berkurangnya air pada kulit buah. Kulit buah menjadi kering, retak dan akhirnya pecah sehingga bijinya terpental ke luar. Pecahnya kulit buah dan terpentalnya biji sebenarnya merupakan cara tumbuhan tersebut memencarkan alat perkembangbiakannya. Gerak higroskopis juga terjadi pada membukanya kotak spora (sporangium) tumbuhan paku (Pteridophyta) dan lumut (Bryophyta).

Saturday, July 14, 2012

Es Cendol Jejaring Sosial milik anak Indonesia


Es Cendol Jejaring Sosial Bhineka Tunggal Ika, ya www.escendol.info merupakan jejaring sosial milik anak Indonesia yang menggunakan CMS Jcow. Dengan slogannyaFriendship would be perfect if the share  atau Persahabatn akan sempurna jika saling berbagi,escendol mencoba memberikan layanan menarik bagi pecinta social network. Adapaun menu yang ada di www.escendol.info antara lain games,musik,video, kostumisasi profil, blog,group,fanspage,gift,like,emotion,chate,foto dan yang paling OK adalah menu forum.

Berikut tampilan www.escendol.info:




Kenapa kita bilang Bhineka Tunggal Ika, itu karena dalam bersosial di internat tidak membedakan suku , ras maupun agama.. itu terlihat dari tampilan halaman muka yang bertemakan pakaian adat dari berbagai daerah, ada Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi maupun Papua.

Andan tertarik untu bergabung..ayo gabung sekarang di escendol KLIK DISINI atau kunjungi www.escendol.info

Friday, July 13, 2012

MACAM - MACAM MIKROSKOP

Macam-macam Mikroskop

A. Mikroskop Cahaya        
Mikroskop cahaya: ”Memiliki dua jenis lensa yaitu obyektif dan okuler, sistem kerjanya dibantu dengan cara pantulan cahaya yang menembus obyek yang diamati dan mampu memperbesar bayangan obyek hingga 1000 X”



B. Mikroskop Binokuler
Mikroskop binokuler(stereo) mampu memperjelas rincian permukaan obyek karena bayangan yang diperoleh pengamat merupakan pantulan cahaya yang jatuh dipermukaan obyek;perbesaran bayangan obyek mencapai 30x.”
C. Mikroskop Elektron                         
Mikroskop elektron mempunyai daya resolusi (kemampuan daya beda mata manusia) sangat tinggi (0,1 nm), mampu memperbesar bayangan obyek hingga jutaan kali,bayangan benda dilihat pada layar monitor.      

D. Scanning Electron Microscope
Scanning Electron Microscope (SEM) yang digunakan untuk studi detail arsitektur permukaan sel atau struktur  jasad renik dan obyek teramati secara tiga dimensi      











Thursday, July 12, 2012

Pengembangan Pengelolaan Pembelajaran Matematika Berbasis ATI


Pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI ditujukan untuk mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang peduli dan memperhatikan keterkaitan antara kemampuan awal (aptitude) siswa dengan tindakan pembelajaran (treatment). Untuk mencapai tujuan tersebut, ATI dalam pembelajaran berupaya menemukan dan memilih model, pendekatan, strategi, dan sejumlah metode yang dijadikan sebagai tindakan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan kemampuan awal siswa. Kemudian melalui interaksi yang positif multiplikatif dikembangkan tindakan-tindakan teknik dan taktik pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimali-sasi perubahan perilaku dan prestasi akademik siswa.
Model pembelajaran ATI dikembangkan dari model interaksi sosial dan personal-humanistik. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Hal ini berimplikasi, ada saatnya seseorag bekerja sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tetapi disisi lain tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan dengan pihak lain. Perpaduan ke-dua model tersebut berorientasi kepada aktivitas dan pengalaman siswa. Melalui model ini diharapkan dapat mengembangkan siswa menjadi subjek yang aktif dan mampu mengembangkan seluruh potensinya, sesuai karak-teristik siswa sebagai makluk yang unik. Pendekatannya dikembang-kan dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Pendekatan pembelajaran yang ber-pusat pada siswa menurunkan strategi inquiry dan induktif dalam koridor kontekstual dengan setting group learning tutor sebaya. Dalam group learning, siswa belajar dalam kelompok kecil (4 siswa) dengan beragam kemampuan awal (tinggi: 1 siswa, sedang: 2 siswa, rendah: 1 siswa) dan secara bergantian (mulai yang kemampuan awalnya tinggi) salah satu menjadi tutor sebaya. Strategi inquiry dan induktif dikembangkan dengan kombinasi metode (1) demonstrasi, (2) diskusi, (3) tanya jawab, (4) pengalaman lapangan, dan (5) penugasan. Teknik dan taktik dikembangkan dengan pemanfaatan media dan sumber belajar. 

Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut isi adalah ilmiah, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan  menyeluruh. Ilmiah, mencakup ke-seluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam materi ajar matematika. Keseluruhan materi dan kegiatan tersebut harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Rele-van, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penya-jian dalam materi ajar matematika disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual siswa.
Materi ajar memadai, artinya bahwa materi ajar cukup menun-jang pencapaian kompetensi dasar. Materi ajar harus memuat prinsip aktual dan kontekstual. Prinsip ini mencakup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni mutakhir dalam kehidupan nyata. Pengembangan materi ajar harus fleksibel di-sesuaikan dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menyeluruh maksudnya, pengembangan materi ajar harus dapat menunjang pencapaian kognitif, skill dan sikap. Hal ini dibuktikan oleh pembelajaran matematika dituntut untuk selalu berpikir logis, kritis dan terstruktur.
Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut tata urutan adalah sistematis dan konsisten. Pengembangan materi ajar menggunakan KD awal sebagai dasar KD pembelajaran selanjutnya. Hal ini dilakukan jika topik antarKD awal dengan KD selanjutnya saling berkesinambungan. Keajegan antara SK dan KD sangat diperlukan dalam pengembangan materi ajar. Agar materi ajar sistematis dan konsisten dengan SK dan KD serta indikator yang ada dalam silbus, guru dituntut mengem-bangkan bahan ajar berupa lembar kerja.
Berangkat dari karakteristik matematika yang telah disampai-kan di atas, pengembangan pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI juga memperhatikan penyajian materi ajar, dimulai dari yang konkrit menuju yang abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan pembelajaran matematika bermakna. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Bermakna, yaitu pem-belajaran yang mengutamakan pemahaman konsep dan pene-rapannya dalam kehidupan siswa. Hal ini dituangkan dalam lembar kerja yang disusun guru.
Kegiatan belajar matematika agar menjadi bermakna, maka gerak otak dan tubuh dalam belajar harus bersama-sama. Menurut Sutama  (2004: 80) gerak otak dan tubuh dalam belajar matematika harus bersama-sama melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa dikatakan belajar matematika bermakna apabila siswa membangun sendiri pemahaman matematika. Untuk memahami apa yang dipelajari, siswa harus melakukan kegiatan matematika (doing math), yaitu “menyatakan”, “mengubah”, “menyelesaikan”, “menerapkan”, “mengkomunikasikan”, “menguji” dan “membuktikan”.
Menurut Clark dan Microslav Lovric (2008) belajar merupakan proses yang bermakna, apabila guru berusaha melakukan kegiatan: (1) Memilih tugas-tugas matematika yang bermanfaat  bagi siswa di kemudian hari dan diberi langkah pengerjaannya, sehingga memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan intelektualnya; (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami proses dan hasil pengerjaan matematika serta penerapannya; (3) Men-ciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan idea matematika; (4) Membantu pemahaman siswa, dengan menggunakan alat-alat teknologi dan sumber bahan ajar lain; (5) Membantu siswa untuk mencari hubungan antara pengetahuan semula dengan pengetahuan baru; dan (6) Mem-bimbing secara individual, kelompok, maupun klasikal.
Tahap terakhir dari pembelajaran berbasis ATI adalah mela-kukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembe-lajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan luaran pembelajaran berbasis ATI. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap penga-laman belajar siswa. Terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
Melalui penilaian, guru dengan cermat akan mengetahui kema-juan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar. Melalui peni-laian, guru juga akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka penilaian pembelajaran berbasis ATI tidak hanya dilakukan pada akhir program pembelajaran, tetapi secara integral dilakukan selama proses pembelajaran. Dengan cara tersebut di atas, guru secara nyata akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang sebe-narnya.
Agar tingkat keberhasilan (efektivitas) pengelolaan pembe-lajaran matematika berbasis ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati tiga prinsip yang dikemukakan oleh Cronbach dan Snow (1979). Prinsip per-tama, interaksi antara kemampuan dan perlakuan pem-belajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel tugas, jabatan dan situasi. Ini berarti, dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis ATI perlu mem-perhatikan dan meminimalkan bias yang diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut. Prinsip kedua, lingkungan pem-belajaran yang terstruktur cocok bagi siswa yang memiliki kemam-puan rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih cocok untuk siswa yang pandai. Prinsip ketiga, siswa yang rasa percaya dirinya kurang cenderung belajarnya akan lebih baik dalam lingkungan terstruktur dan sebaliknya siswa yang inde-pendent belajarnya akan lebih baik dalam situasi fleksibel.
Selain tiga prinsip tersebut, proses pembelajaran berbasis ATI harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan dan tidak membo-sankan, (4)  belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terinte-grasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (tabel, diagram, proses pemecahan masalah), (11) laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi juga hasil karya siswa.
Menurut Walmsley dan Aaron Hickman (2007) desain pembe-lajaran yang memperhatikan perbedaan individu, yaitu dalam setiap pertemuan siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap pertemuan dengan waktu 40 menit dibagi menjadi empat bagian, yaitu 8 menit pembukaan, 12 menit pengembangan konsep 1, 12 menit pengembangan konsep 2, dan 8 menit penutup. Pembukaan, mengecek PR, memberi pe-luang siswa bertanya dan memberi umpan balik. Tujuan pem-bukaan, siswa memperbaiki kesalahannya dan memahami konsep yang lalu untuk membuat hubungan dengan konsep yang akan dipelajari melalui kerangka kontektual. Pengembangan konsep, membahas konsep dengan metode tanya jawab melalui contoh dan beberapa latihan untuk didiskusikan dengan kelompoknya. Penutup, siswa di minta mencari hubungan antara pembukaan dan konsep yang dipelajarai. Tujuannya, siswa dapat menemukan pola secara mandiri dan melihat imbangan antarkonsep.
Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI dikembangkan berdasarkan pendapat Walmsley dan Aaron Hickman di atas,  yaitu tahap pertama kegiatan pendahuluan, tahap kedua kegiatan inti, dan tahap ketiga kegiatan penutup. Ketiga tahapan diwujudkan dalam bentuk belajar kelompok kecil dengan tutor sebaya.
Kegiatan pendahuluan meliputi: 1) review, yaitu membahas tugas, yang esensial dan sulit diberi balikan, 2) motivasi awal, yaitu memberitahukan tujuan pembelajaran, memberikan gambaran umum materi ajar dan memberikan gambaran kegiatan yang akan dilakukan, dan 3) apersepsi, yaitu memberikan materi pengait sesuai materi yang dibahas. 
Kegiatan inti meliputi pengembangan konsep dan penerapan. Dalam pengembangan konsep, pembahasan materi ajar melalui strategi induktif dengan menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar, serta tindakan pembelajaran disesuaikan kemam-puan awal siswa (ATI) dengan taktik, a) menampilkan sikap ber-sahabat, b) menghindari perbuatan yang dapat mengganggu pera-saan siswa, c) menunjukkan sikap adil kepada semua siswa, d) menggunakan berbagai teknik untuk memelihara tingkah laku sis-wa, e) menghargai setiap perbedaan pendapat, f) menekankan bagian-bagian penting, g) membantu siswa yang mendapat kesulitan, h) mendorong siswa aktif, menumbuhkan kepercayaan siswa, dan menciptakan suasana kondusif. Hal ini didukung Ellis dan Berry (2005) bahwa pembelajaran terbaik terjadi ketika tindakan berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Prinsip ini mengatakan bahwa (1) anak-anak mempunyai kebebasan untuk mengembangkan diri secara alami, (2) minat siswa merupakan motivasi untuk semua kegiatan, dan (3) guru adalah seorang pemandu dan tidak berperan utama dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap penerapan diberikan latihan terkontrol dan latihan mandiri. Latihan terkontrol setting kelas kelompok kecil (tiap kelom-pok 4 siswa dengan kemampuan awal bevariasi) meliputi kegiatan: a) tugas diarahkan dengan jelas, b) membimbing dan memudahkan belajar siswa, c) menuntut tanggung jawab siswa, d) menumbuhkan kerja sama antarsiswa, dan e) menumbuhkan inisiatif siswa dalam belajar. Latihan mandiri meliputi kegiatan: a) komunikasi antar-pribadi menunjukkan kehangatan, b) merespon setiap pendapat siswa, c) membimbing belajar siswa, d) mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam belajar, dan e) menumbuhkan keper-cayaan siswa kepada diri sendiri.
Kegiatan penutup meliputi review terhadap rangkuman dan tindak lanjut. Kegiatan review terhadap rangkuman, yaitu a) mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dan b) rangkuman jelas dan mencakup seluruh inti materi ajar. Kegiatan tindak lanjut, meliputi: a) mengevaluasi hasil belajar siswa, b) menyarankan agar materi ajar dipelajari kembali di rumah, c) memberikan tugas rumah dengan langkah-langkah pengerjaan, dan d) menyarankan agar materi ajar berikutnya dipelajari terlebih dahulu di rumah.
Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI, secara umum dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1) sesuai kemampuan awal siswa, pemikiran siswa dikembangkan untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna (merubah paradigma belajar sebagai kewajiban menjadi belajar sebagai kebutuhan), (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry terbimbing untuk semua topik yang dipelajari, (3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan, (4) mencipta-kan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok belajar dengan tutor sebaya (berdiskusi, tanyajawab, dan pemecahan masalah), (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi model bahkan media yang sebenarnya, (6) membiasakan siswa untuk  melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (apa yang berhasil, apa yang belum berhasil, mengapa hal itu terjadi, dan selanjutnya bagai-mana), dan (7) melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Wednesday, July 11, 2012

Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi/rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk men-capai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pem-belajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3) diskusi, dan (4) simulasi.
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian materi ajar melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada kelompok siswa. Tanpa mengabaikan kelebihan dan kelemahan-nya, metode ceramah sampai saat ini tidak bisa ditingalkan oleh kebanyak guru. Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan maupun pada tahap palaksanaan.
Tahap persiapan menggunakan metode ceramah, yaitu (1) merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui me-tode ceramah, (2) menentukan pokok-pokok materi ajar yang akan diceramahkan, dan (3) mempersiapkan alat bantu ceramah (transparansi/metode grafis).
Tahap pelaksanaan metode ceramah ada tiga langkah, yaitu (1) langkah pembukaan, (2) langkah penyajian, dan (3) langkah mengakhiri/menutup ceramah.
Langkah pembukaan dalam metode ceramah, yaitu (a) me-nyampaikan tujuan yang harus dicapai siswa dan (b) melakukan apersepsi. Apersepsi yakni menghubungkan materi ajar yang lalu dengan materi ajar yang akan dibahas.
Langkah penyajian adalah tahap penyampaian materi ajar dengan cara bertutur. Agar metode ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran, guru harus selalu menjaga perhatian siswa tetap terarah pada materi ajar yang sedang dibahas. Untuk men-jaga perhatian siswa, ada lima yang dapat dilakukan, yaitu (a) menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa, (b) gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa, (c) sajikan materi ajar secara sistematis, tidak meloncat-loncat, (d) tanggapi respon siswa dengan segera, dan (e) jagalah agar kelas tetap kondusif dan menyenangkan untuk belajar (dengan menunjukkan sikap bersahabat dan akrab, penuh gairah menyam-paikan materi ajar, sesekali diselingi humor yang segar).
Langkah mengakhiri ceramah, dapat dilakukan dengan (a) membimbing siswa untuk menarik simpulan atau merangkum materi ajar yang baru saja dibahas, (b) merangsang siswa untuk menanggapi atau memberi ulasan tentang materi ajar yang baru dibahas, dan (c) mengevaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi ajar yang baru dibahas.
Metode demonstrasi adalah metode penyajian materi ajar dengan memperagakan suatu proses, situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau sekedar tiruan. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi ekspositori dan inquiry. Agar metode demonstrasi berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan maupun pada tahap palaksanaan.
Tahap persiapan menggunakan metode demonstrasi, yaitu (1) merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui metode demonstrasi, (2) persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, dan (3) lakukan ujicoba de-monstrasi.
Tahap pelaksanaan metode demonstrasi ada tiga langkah, yaitu (1) langkah pembukaan, (2) langkah penyajian, dan (3) langkah mengakhiri/menutup demonstrasi.
Langkah pembukaan dalam metode demonstrasi, yaitu (a) mengatur tempat duduk, agar semua siswa dapat memperhatikan/melakukan demonstrasi, (b)  menyampaikan tujuan yang harus di-capai siswa, dan (c) kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa. 
Langkah pelaksanaan demonstrasi, yaitu: (a) dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir (melalui pertanyaan yang memuat teka-teki), (b) menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan, (c) yakinkan semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa, dan (d) berikan kesempatan bagi siswa untuk aktif berpikir lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.
Langkah mengakhiri demonstrasi, dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demons-trasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Selain mem-berikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya demonstrasi, untuk melakukan perbaikan selanjutnya.
Metode diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran meng-hadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan metode diskusi, yaitu untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, dan untuk membuat keputusan. Diskusi di sini bukan debat yang bersifat adu argumen, tetapi diskusi lebih besifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Sedikitnya terdapat empat jenis metode diskusi yang dapat digunakan dalam pembelajaran, yaitu (1) diskusi kelas, (2) diskusi kelompok kecil, (3) simposium, dan (4) diskusi panel.
Diskusi kelas merupakan proses pemecahan masalah yang dilakukan seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur pelaksanaannya, yaitu (1) guru membagi tugas pelaksana diskusi (moderator, penulis), (2) sumber masalah (guru/siswa/ahli dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit, (3) siswa peserta diskusi diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan dengan terlebih dahulu mendaftar kepada mode-rator, (4) sumber masalah memberi tanggapan, dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
Diskusi kelompok kecil dilaksanakan dalam kelompok-kelom-pok yang jumlah anggotanya 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub-masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam ke-lompok kecil, masing-masing ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya, ditanggapi anggota kelompok lainnya dan di simpulkan.
Simposium sebagai metode pembelajaran, membahas suatu persoalan dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan dalam pembelajaran untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Proses simposium secara sing-kat, yaitu setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri pembacaan sim-pulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
Diskusi panel sebagai metode pembelajaran, membahas suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis (4-5 orang) di hadapan audiens. Dalam diskusi panel, audiens tidak terlibat secara langsung, hanya sekedar peninjau para panelis yang melak-sanakan diskusi. Agar diskusi panel efektif ada baiknya digabung-kan dengan metode lain, seperti penugasan. Siswa ditugaskan untuk merumuskan/menyimpulkan hasil pembahasan dalam diskusi.
Langkah-langkah melaksanakan diskusi, yaitu: (1) persiapan diskusi, (2) pelaksanaan diskusi, dan (3) menutup diskusi. Masing-masing langkah dijelaskan singkat di bawah.
Tahap persiapan diskusi, yaitu (a) merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan harus dipahami setiap siswa peserta diskusi. Tujuan sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan diskusi, (b) me-nentukan jenis diskusi yang sesuai dengan tujuannya, (c) menetap-kan masalah yang akan dibahas. Masalah ditentukan sesuai materi ajar atau masalah aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat tetapi tetap dihubungkan dengan materi ajar, dan (d) memper-siapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi (moderator, notulen, tim perumus).
Tahap pelaksanaan diskusi, yaitu: (a) memeriksa persiapan untuk kelancaran diskusi, (b) memberikan pengarahan (menyam-paikan tujuan dan aturan dalam diskusi), (c) melaksanakan diskusi dengan memperhatikan iklim belajar menyenangkan, (d) mem-berikan kesempatan kepada peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide, dan (e) mengendalikan arah pembicaraan tetap pada pokok persoalan.
Tahap menutup diskusi, yaitu (a) membuat simpulan sesuai hasil diskusi dan (b) me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Metode simulasi sebagai metode pembelajaran dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan. Metode simulasi digunakan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Asumsi penggunaan metode simulasi adalah tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Misalnya, siswa sebelum mengoperasikan mesin, akan lebih baik melalui simulasi terlebih dahulu. Begitu juga, untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan suatu peristiwa, menggunakan simulasi akan lebih baik. Simulai sebagai metode pembelajaran, sedikitnya ada tiga jenis, yaitu (1) sosiodrama, (2) psikodrama, dan (3) role playing.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran, untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial. Sosiodrama ditujukan untuk memberikan pe-mahaman dan penghayatan tentang masalah-masalah sosial, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang berangkat dari masalah psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan tekanan-tekanan yang dialaminya.
Role playing (bermain peran) adalah metode pembelajaran bagian dari simulasi yang difokuskan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul masa mendatang. Topik yang bisa diangkat untuk role playing dalam pembelajaran matematika, misalnya memainkan peran penjual dan pembeli (permainan pasaran) dalam aritmetika sosial.
Langkah-langkah melaksanakan simulasi, yaitu: (1) persiapan simulasi, (2) pelaksanaan simulasi, dan (3) menutup simulasi. Masing-masing langkah dijelaskan singkat di bawah.
Persiapan simulasi, yaitu (a) menetapkan masalah/topik dan tujuan pembelajaran, (b) memberikan gambaran masalah yang akan disimulasikan, (c) memetapkan pemain, peranan yang harus dimain-kan oleh pemeran, dan waktu yang digunakan, dan (d) memberikan kesempatan kepada pemain untuk bertanya berkaitan perannya.
Pelaksanaan simulasi, yaitu (a) simulasi mulai dimainkan oleh siswa kelompok pemeran, (b) siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian, (c) guru membimbing siswa pemeran yang men-dapat kesulitan, dan (d) simulasi dihentikan pada saat puncak, hal ini dilakukan agar siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang disimulasikan.
Penutupan simulasi, yaitu (a) mengadakan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Siswa didorong agar memberikan kritik dan tanggapan terhadap pelak-sanaan simulasi dan (b) secara bersama-sama merumuskan simpulan materi yang disimulasikan.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan metode secara spe-sifik. Misalkan, penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Taktik pembelajaran merupakan gaya guru dalam melaksa-nakan teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua guru sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan berbeda dalam taktik yang diguna-kannya. Dalam penyajiannya, guru yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memiliki sense of humor yang tinggi, sementara guru yang satunya lagi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, penga-laman, dan tipe kepribadian guru yang bersangkutan. Melalui taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni.
Selain istilah-istilah tersebut di atas, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pem-belajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih me-nunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.