This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, October 30, 2011

NASEHAT ABU NAWAS KEPADA RAJA


Suatu saat Raja Harun Ar-Rasyid menunaikan ibadah haji.
Ketika sampai di pusat kota Kuffah, tiba-tiba terlihat olehnya Abu Nawas sedang menaiki sebatang kayu berlarian ke sana kemari dan diikuti anak-anak dengan riangnya.
Wajah sang Raja mendadak menjadi sumringah dibuatnya. Matanya berbinar-binar karena begitu merindukan sosok Abu Nawas. Memang Abu Nawas sejak beberapa bulan terakhir meninggalkan kerajaannya sebagai bentuk protes atas ketidakadilan dan kesombongannya.

Sejak kepergian Abu Nawas itulah raja seperti mengalami kesepian. Tidak ada lagi orang yang diajaknya berdiskusi maupun hanya sekedar bercanda. Karena itu Raja sangat gembira begitu melihat sosok Abu Nawas.


Dirindukan Raja.
Karena sangat penasaran, Raja Harun Ar-Rasyid kemudian bertanya kepada para pengawalnya.
"Siapa dia?" tanya Raja.
"Dia si Abu Nawas yang gila itu," jawab salah seorang pengawalnya.
"Coba panggil dia kemari, tanpa ada yang tahu, dan sekali lagi aku peringatkan kamu jangan berkata yang buruk lagi tentang dia, perintah Raja Harun.
"Baiklah wahai Rajaku," jawab pengawal.

Tidak berapa lama kemudian para pengawal berhasil membawa Abu Nawas ke hadapan Raja. Abu Nawas diperkenankan duduk di hadapan Raja.
"Salam bagimu wahai Abu Nawas," sapa Raja Harun Ar-Rasyid.
"Salam kembali wahai Amirul Mukminin," jawab Abu Nawas.
"Kami merindukanmu wahai Abu Nawas," kata Raja Harun Ar Rasyid.
"Ya, tetapi aku tidak merindukan Anda semuanya," jawab Abu Nawas dengan ketus.

Beberapa pengawal kerajaan spontan saja akan mencabut pedang dari sarungnya untuk memberikan pelajaran kepada Abu Nawas yang tak mampu menjaga perkataannya di hadapan raja, sang pemimpin. Akan tetapi niat tersebut dicegah sendiri oleh Raja Harun Ar-Rasyid.
"Wahai Abu Nawas, aku merindukan kecerdasanmu, maka berilah aku nasihat," pinta Raja.
"Dengan apa aku menasehatimu, inilah istana dan kuburan mereka," kata Abu Nawas.
"Tambahkan lagi, engkau telah memberikan nasihat yang bagus," ujar raja mulai bersemangat.
"Wahai Amirul Mukminin, barang siapa yang dikarunia Allah SWT dengan harta dan ketampanan, lalu ia dapat menjaga kehormatannya dan ketampanannya, serta memberikan bantuan dengan hartanya, maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang shaleh," kata Abu Nawas.

Pemimpin Adil dan Bijaksana
Raja Harun Ar-Rasyid begitu senang mendapatkan nasihat itu. Ia kemudian mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya.
"Aku telah menyuruh para pengawalku untuk membayar hutangmu," kata Raja.
"Tidak Amirul Mukminin, kembalikan harta itu kepada yang berhak menerimanya. Bayarlah hutang diri Anda sendiri," kata Abu Nawas.

Namun Raja Harun tak menyerah begitu saja. Ia kemudian mempersiapkan hadiah khusus pada Abu Nawas.
"Aku telah mempersiapkan sebuah hadiah untukmu,"katanya.
"Wahai Amirul Mukminin, apakah Paduka berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku," jawab Abu Nawas yang segera pergi dari hadapan raja.

Perlakuan itu membuat sang Raja merenung sambil mengevaluasi dirinya sendiri.
Raja Harun sadar kalau selama ini dirinya kurang adil dan berlaku sombong dengan jabatannya sehingga mudah meremehkan orang lain. Usai mendapat nasihat dari Abu Nawas, Raja Harun berubah menjadi raja yang adil dan bijaksana kepada rakyatnya.

[Abu Nawas memberikan nasihat berupa sedikit sindiran, namun sang raja tidak tersinggug, atau marah atau bahkan memenjarakan Abu Nawas. Raja malah merenung dan terus merenungi apa gerangan kesalahan yang telah dia buat selama memimpin kerajaan.
Salut untuk Raja Harun Ar-Rasyid yang telah menerima kritikan dari rakyat kecil.]
· · Bagikan


  • 681 orang menyukai ini.
  • 114 kali dibagikan
  • 50 dari 124

    • Ir Cinlus coba syb ky gtuh...
      5 Oktober 2011 pukul 18:48 ·

    • Rudolf Pardede Akupun sering berbuat kekeliruan,kesombongan dan ketidak pedulian.Ampuni aku Tuhan.Ajar aku mampu berbuat baik terhadap diriku dan sesamaku manusia.
      5 Oktober 2011 pukul 19:12 · · 2

    • Rudolf Pardede Melakukan kebaikan,kadang menunjukkan kemampuan.Jika benar aku melakukan kebaikan berarti memuliakan diriku dikemudian hari.Tapi jika aku melakukan kebaikan supaya dipuji orang maka aku tak dapat kemuliaan dihari kemudian kelak.
      5 Oktober 2011 pukul 19:16 ·

    • Endro Sukmono Apa jadinya ya jika di Indonesia, Pemimpinnya seperti Harun Ar Rasyed, dan rakyatnya seperti Abu Nawas. Jelas Indonesia akan menjadi Negeri Dongeng.
      5 Oktober 2011 pukul 22:43 ·

    • Suhandi Zarkasih Sekarang saja sudah jadi negeri Dongeng Mas, ada yang di penjara,, bisa jalan - jalan ke Bali, jadi oknum 2 bulan tugas bisa bangun Gubuk Istana, katanya gaji tidak cukup tapi hidupnya seperti bangsawan, wah banyak lagi Mas dongeng yang lain...yang hebatnya,, Indonesia banyak hutang, para pejabat masih saja Korupsi.....
      5 Oktober 2011 pukul 23:07 · · 2

    • Endang Muchlish Abu Nawas sami sareng si Kabayan di tatar Sunda
      6 Oktober 2011 pukul 8:09 ·

    • Moch Ifhan coba ABU BAMBANG Gtuu...
      7 Oktober 2011 pukul 11:15 · · 1

    • Fitria Agustin jadi pemimpin kita seperti itu?? tdk melulu berkata prihatin aja tanpa tindakan...
      7 Oktober 2011 pukul 20:44 ·

    • Ali Ridlo semoga ada pemimpin seperti HARUN AL-RASYID di jaman ini.
      8 Oktober 2011 pukul 3:32 ·

    • Manis Slank Coba pemimpinxa Pintar.... jd bisa berfikir sperti abu nawas
      8 Oktober 2011 pukul 17:14 ·

    • Ridwan Arief Piskaf Pmimpin2 kita disindir kasar saja tidak mempan/pura2 g'tau apalagi halus...? hmmmm..
      14 Oktober 2011 pukul 7:19 ·

    • Andi Widada itulah indonesia.....????
      15 Oktober 2011 pukul 14:02 ·

    • Muchamat Wahjudi
      Dalam kehidupan sehari - hari , disekitar kita . Masih banyak orang yang belum bisa menerima Kritik , sekalipun itu membangun . Beda pendapat selalu disikapi dengan ANTIPATI , Dan menempatkan orang yang pendapatnya tidak sama dengan kita se...Lihat Selengkapnya

      16 Oktober 2011 pukul 20:53 · · 2

    • David Rinaldi ah biasa aja ceritanya
      28 Oktober 2011 pukul 13:30 ·

    • Gandung Widayaka Negara yg asyeek.,rajany enjoy ngobrol sama rakyat jelata.,Indonesia??

      30 Oktober 2011 pukul 11:47 ·

    • Sabar Nakal hem..
      1 November 2011 pukul 19:59 ·

    • Ilham Hoedrawi hal yang mungkin tidak akan dijumpai di zaman sekarang ini..... terlebih di INDONESIA kita TERCINTA...
      5 November 2011 pukul 11:55 ·

    • Nastiti Dewi kawan, bisa jadi sulit diperoleh, tetapi jangan putus asa dengan kasih Allah, suatu saat Indonesia akan punya pemimpin seperti Yang mulia Harun Al-Rasyid
      7 November 2011 pukul 8:37 ·

    • Nastiti Dewi Mulailah dari diri sendiri, bisa kah kita mencontoh nabi SAW atau paling tidak Harus Al Rasyid, paling tidak untuk keluarga, RT, RW, kecamatan dan .......lama2 untuk INDONESIA.
      7 November 2011 pukul 8:41 · · 1

    • Gus Rifa'i abu nawas yg anda cari ? dia telah ada tidak jauh dari kita, mau tahu ?? ntar ya!!!! kutunggu !!!
      8 November 2011 pukul 16:15 ·

    • Ester B Pasago Kapan ya, para pemimpin negara kita ini bisa seperti sang raja? Belajar dr nasehat "orang kecil"?
      10 November 2011 pukul 19:59 ·

    • Ahmad Rifa'i hahahahahahahahah.......................
      11 November 2011 pukul 9:07 ·

    • Deden Kurniawan setiap orang adalah pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri.....pertanyaannya sudahkah kita menjadi Harun Al Rasyid??
      12 November 2011 pukul 4:52 ·

    • Om Hast cerita....cerdas..........kena sasaran
      13 November 2011 pukul 21:30 ·

    • Abii Mudah-mudahan Dapat Hidayah Mudah2an raja kita juga suka membaca ini.....
      26 November 2011 pukul 9:38 ·

    • Tomy Smansa Blora Kita memang butuh "presiden Harun Al Rasyid" dan "Abunwas" untuk mengatur negeri tercinta ini.
      18 Desember 2011 pukul 2:01 ·

    • Kidam Muamar gus dur=abu nawasnya indonesia
      21 Desember 2011 pukul 1:46 ·

    • Rifan Tirex setuju,,
      5 Januari pukul 13:06 ·

    • Dibyo Hadi Padmono itu letak lucunya dimana y???
      6 Januari pukul 4:30 ·

    • Zuki Ega yang merasa hrus intropeksi diri,..
      13 Januari pukul 8:33 ·

    • Kunto Budi Tjiptono kalau spt Abunawas pasti banyak...ttp yang seperti raja Harun apa msh ada?
      27 Januari pukul 17:40 · · 1

    • Lika-Liku Laki laki UNTUK RAJANYA OTAKNYA CEPAT TANGGAP DAN BERHATI BAIK, klau sekarang pura2 budek,dan pura2 bego
      31 Januari pukul 12:43 ·

    • H Hoirul Aly Wafa sip terrong gosong
      3 Februari pukul 17:45 ·

    • Danang Sastra Wijaya pelajaran yg sangat bagus utk kita smuanya
      7 Februari pukul 17:57 ·

    • Abdulkarim Kerwanto Kayaknya cerita Abu Nawas dan Raja Harun harus diteliti dulu keontetikannya... Dalam Sejarah selalu ada 2 sisi (baik dan buruk).. BIsa jadi kisah keemasan Harun Rasyid bersisi dua, mengingat semasanya terjadi pemberontakan2 yang begitu dahsyatnya.. bahkan ia meninggal kala membasmi pemberontakan kaum muslimin.. Anehkan??
      16 Februari pukul 12:35 ·

    • Ingot Simangunsong Tidak perlu diteliti....ambil saja sisi baiknya dari cerita ini
      19 Februari pukul 17:06 ·

    • H-Ma'ruf Ppmu Putra byk sekali cerita abu nawas lucu dan nasehat buat raja harun Alrasyid,
      26 Februari pukul 23:09 ·

    • Muslimm Mudzakirr kaca bagi pemimpin/penguasa negeri ini,
      27 Februari pukul 6:38 ·

    • Ryna Cyueety cerita 1001 malam....
      2 Maret pukul 0:15 ·

    • Iam Ikliel andaikata para pemimpin kita spt raja harun al rosyid...
      3 Maret pukul 10:08 ·

    • Kartono Hardjoprawiro Kartono Suatu nasehat yang patut kita jadikan cermin
      11 Maret pukul 5:44 ·

    • Yuarto Setiawan Wawan sekarang banyak yang Ndableg, disindir juga nggak akan ngrasa
      17 Maret pukul 13:39 ·

    • Watiman Fajar Coba di Negeri kita ada pemimpin yang seperti itu.
      17 Maret pukul 20:56 ·

    • Al Iraani Juanda negrei kita jauh dari kata kata gusdur gitu aja kok repot
      18 Maret pukul 22:45 ·

    • Menj Azrial cerita ini rada mirip dengan kisah Bahlul Rahmatullah 'alaihi dalam kitab Fadhilah Sedekah (maulana Zakaria Al-Khandalawi)..kisah ini sangat baik bt qt terutama bg pemimpin pemerintah...smoga bermanfaat..amin...
      20 Maret pukul 8:53 ·

    • Aryansyah Andi ‎:)
      8 April pukul 12:04 ·

    • Hasyim Asngari Kalo bukan Gus Dur gak iso koyo ngono.
      Selasa pukul 10:07 ·