This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, August 30, 2010

Gerakan Peduli Pendidikan Karakter

“ Gerakan Peduli Pendidikan Karakter (GPPK) “

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia cerdas yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Tapi mengapa pada era atau pada jaman imperialisme budaya saat ini, tingkat kriminalitas anak-anak dan remaja sangat tinggi dan jumlah mereka yang masuk penjara lebih dari satu juta orang (Harry Hikmat, Direktur Anak Depsos, Waspada, 11 Maret 2009). Mengapa pula banyak anak remaja kita tidak merasa bersalah jika berbohong, rendah rasa hormat kepada ortu dan guru, pecandu narkoba dan minuman keras, sering bolos sekolah, tidak mengerjakan PR , memalak teman sekelas dan sebagainya. Dan lebih jauh lagi mengapa pendidikan yang kini tumbuh berkembang dengan pesat, justru berefek melahirkan banyaknya koruptor. Memang tidak semua koruptor, tetapi mereka-mereka para pelaku korupsi justru orang-orang yang pada umumnya sudah menyandang berbagai gelar pendidikan.

Hal tersebut terjadi dikarenakan selama anak – anak dan remaja semasa mereka belajar di bangku sekolah masing – masing terlupakan akan pendidikan budi pekerti atau yang di sebut dengan pendidikan karakter .

Secara umum pendidikan karakter memang belum menjadi proritas utama dalam pembangunan bangsa dan belum diterapkan secara holistik dalam kurikulum Pendidikan Nasional. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke dalam masing-masing satuan pendidikan
Dalam glosarium ( Puskur 2006 ) pengertian KTSP didefinisikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Salah satu prinsip pengembangan KTSP di antaranya kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Konsep pendidikan karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu : Pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi anak didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Jika kita ingin agar program pendidikan karakter (kepribadian, akhlak mulia ) berjalan dengan baik dan efektif dibutuhkan guru-guru kreatif yang dapat menerapkan konsep pendidikan karakter tersebut dalam proses belajar mengajar secara holistik melalui pendekatan, metode dan strategi yang tepat.

Karena nilai-nilai akhlak mulia harus menjadi watak / karakter yang tumbuh menjadi identitas seseorang dalam bersikap dan bertindak maka dibutuhkan proses internalisasi nilai-nilai, untuk itu diperlukan pembiasaan diri agar masuk ke dalam hati sendiri sehingga bertumbuh dari dalam. Gerakan tersebut dapat dianalogikan dengan “kembali ke rumah”. Hati manusia itu bagaikan rumah (home). Maka sungguh penting kita kembali ke rumah sebagai pusat dan sumber energi segala aktivitas. Hanya dengan kondisi seperti itu pendidikan akan berhasil mematangkan dan mengokohkan karakter-karakter dasar.

Selain itu , kita harus memiliki parameter untuk mengukur berhasil tidaknya sebuah program pendidikan karakter. Yang dinilai dalam pendidikan karakter, terutama adalah perilaku bukan pemahaman.

Sejujurnya upaya untuk mengembangkan sistem pendidikan karakter terhalang pada sebuah kenyataan bahwa aspek pengetahuan lebih dimungkinkan untuk diukur secara obyektif. Pengukuran terhadap sikap serta perilaku lebih sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang cerdas, kreatif, memiliki integritas dan komitmen yang tinggi.

Sudah waktunya guru-guru meninggalkan metode lama mengajar yang hanya sekadar melaksanakan tuntutan tugas dan mengejar target kurikulum semata, sehingga tidak memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Tinggalkan mengajar tanpa dilandasi hakikat dari mengajar itu sendiri. Guru dituntut untuk kembali seperti yang Ki Hajar Dewantara , yakni seorang yang memiliki rasa ” ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani ”. Guru yang bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik.

Kita harus menyadari dengan benar bahwa menerapkan pendidikan karakter di sekolah bukan hal yang mudah, karena harus merubah paradigma dan cara berpikir. Kemudian butuh waktu , tenaga, biaya peningkatan kualitas guru dan pemikiran-pemikiran. Serta yang paling penting butuh keterlibatan dari semua pihak, manajemen sekolah, guru, orang tua murid, lingkungan dan masyarakat. Namun optimisme selalu ada, jika kita semua peduli Pendidikan Karakter. Barangkali sebaiknya sejak sekarang kita canangkan : “ Gerakan Peduli Pendidikan Karakter (GPPK) “.

Semoga , amanah pendidikan yang dibebankan pada pundak kita sebagai pendidik dimaknai sebagai investasi jangka panjang. Investasi akhirat ketika anak-anak kita berhasil menjadi manusia yang mempunyai nilai-nilai moral yang akan membentuk karakter berupa akhlak mulia yang di dalamnya ada campur tangan kita.

Nama : Sukasmo , S.Pd
Guru SMP Negeri 2 Kaliwungu Kab Kendal

Thursday, August 26, 2010

Tradisi Kaliwungu

KALIWUNGU tak pernah bisa dilepaskan dari potret tradisi Syawalan di Jateng. Seperti di kota-kota Jawa Tengah lainnya, masyarakat Kaliwungu masih kental menganut tradisi Syawalan.

Setiap tahunnya, tujuh hari setelah Idul Fitri tradisi ini dirayakan. Tradisi Syawalan bagi masyarakat merupakan acara puncak perayaan Idul Fitri. Sejarah Syawalan di Kaliwungu bermula dari ziarah kubur yang hanya dilakukan di makam Kyai Guru ( Kyai Asy’ari) oleh keluarga dan keturunan beliau. Maksudnya untuk mendoakan Kyai Asy’ari yang telah wafat.

Namun kemudian diikuti oleh sebagian besar masyarakat muslim Kaliwungu sebagai penghormatan memeringati wafatnya Kyai Asy’ari. Hingga sekarang menjadi sebuah tradisi. Bahkan kini objek lokasi ziarah melebar bukan hanya kepada makam Kyai Asy’ari tetapi juga ke makam Sunan Katong, Pangeran Mandurarejo, dan Pangeran Pakuwaja. Belakangan para peziarah merambah juga berziarah ke makam Kyai Mustofa, Kyai Musyafa’, dan Kyai Rukyat.

Tradisi ziarah biasa dipimpin oleh ulama-ulama besar dari Kaliwungu. Diikuti para santri dan juga masyarakat amum yang datang dari berbagai daerah. Biasanya agenda acara ritual ini adalah pembukaan, pembacaan riwayat hidup singkat Kyai Asy’ari, pembacaan Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-An-Nas dan tahlil, dan doa untuk para arwah leluhur, ulama yang dimakamkan di pemakamman Protomulyo dan Kutoharjo.

Puncak dari acara syawalan ini adalah prosesi penggantian ’’Luwur’’ (Klambu) penutup makam Kyai Asy’ari. Nisan setinggi satu meter milik Kyai guru yang selalu ditutup klambu putih inilah yang setiap bulan syawal diganti dengan yang baru. Kemudian yang lama disimpan di masjid Al-Muttaqin Kaliwungu. Bagi sebagian besar masyarakat percaya bahwa klambu tersebut dikeramatkan. Makam Kyai Asy’ari satu kompleks dengan makam Sunan Katong.

Yang sering disebut jabal kidul. Bangunan makam ini merupakan bangunan paling mewah di kompleks pemakamam ini. Ukurannya 16 x 20 meter dan berlantai keramik.

Setelah ritual ini selesai, biasanya, di malam harinya para peziarah umum dari pelosok Kendal, dan berbagai kota yang jumlahnya hingga puluhan ribu berdatangan. Selama lima hari, siang malam membaca surat Yasin dan tahlilan secara bergantian. Selain makam Kyai Asy’ari, makam Sunan Katong juga selalu dibanjiri para peziarah.

Banyak peziarah mendatangi makam para leluhur tersebut untuk mengharapkan barokah. Termasuk meminta dilancarkan segala usahanya, dinaikkan pangkat dan jabatannya, dilariskan dagangannya.

Dari kenyataan ini, banyak masyarakat akhirnya salah mengartikan makna dari ziarah kubur. Yang mulanya hanya untuk mendoakan para leluhur, kini doa-doa yang dipanjatkan, juga surah-surah Alquran yang dilafalkan berubah arti menjadi sesuatu alat untuk mengharapkan berkah duniawi.

Banyak masyarakat yang salah mengartikan tradisi ini. Tradisi Syawalan bagi mereka dirasa sebagai suatu ibadah. Sekarang yang terjadi bukan agama yang ditradisikan tetapi tradisi yang diagamakan. Apalagi kalau mereka sampai mengagumi sosok kesalehan para leluhur tersebut dan meyakini bahwa para leluhur dapat memberikan berkah, rejeki, dan keselamatan. Ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Tradisi yang seperti ini dapat mengurangi keyakinan kita akan ketauhitan Tuhan dan termasuk dari perbuatan syirik. Orang yang mengharap sesuatu dengan melakukan ritual seperti itu termasuk orang yang merugi karena mereka menempuh jalan yang sesat. Menyekutukan Allah yang merupakan dosa terbesar.

Di lain hal, memegah-megahkan makam seseorang, sekalipun itu makam nabi dan orang saleh merupakan suatu perbuatan yang berlebih-lebihan. Termasuk memberikan dan mengeramatkan pernak-pernik pada makamnya. Sesungguhnya Allah akan memberikan ancaman bagi orang yang berlebih-lebihan. Seperti yang diterangkan dalam surah At-Takaatsur:1-8.

Tradisi syawalan di Kaliwungu selain dijadikan sebagai ibadah yang keliru juga dijadikan sebagai kegiatan yang bersifat hiburan. Adanya peziarah yang begitu banyak mengundang para pedagang dan juga jasa hiburan untuk mengais rezeki.

Di sepanjang jalan dari pasar sore, para pedagang, jasa hiburan dan mereka masyarakat penikmat hiburan berjubel memadati jalan. Semakin tahun semakin padat dan tidak karuan. Tradisi yang berlangsung selama kurang lebih satu minggu itu sering sekali menimbulkan kemacetan lalu lintas dan juga tindakan kriminal seperti pencopetan