This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, February 17, 2020

              
Keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif dan menyenangkan menyebabkan tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya, keberhasi!an peserta didik akan rendah jika kondisi pembelajaran kurang kondusif dan membosankan. Dengan kata lain, terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dan peserta didik akan berhasil dengan optimal dalam mewujudkan tujuan/kompetensi yang diharapkan dalam proses pembelajaran.

                Proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif apabila didukung oleh motivasi belajar yang kuat dan siswa. Teori-teori belajar apa pun apabila didukung oleh motivasi belajar yang tinggi dalam proses pembelajaran, maka akan memperoleh hasil yang maksimal. S. Nasution:2004)                       

               Pada tataran realitas, melalui survey awal ditemukan bahwa secara umum siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kaliwungu masih banyak mengalami kesulitan dan tingkat motivasi yang rendah daam mempelajari IPA pada materi Tekanan pada Zat, indikasi itu terlihat dari beberapa segi antara lain dalam hal kepemilikan buku pelajaran hanya 25% sswa yang memilikinya. Siswa yang mau bertanya pada teman tentang materi IPA baru mencapai 31,25%. Siswa yang mau bertanya kepada guru sebesar 18,75%. Siswa yang selalu mengulang pelajaran IPA di rumah berkisar 3,125%. Siswa yang selalu tepat waktu mengumpulkan tugas IPA 25%. Siswa yang mengganggap materi IPA sangat sulit sebanyak 40,625%. Siswa yang sangat serius mengikuti pelajaran IPA hanya 6,25% dan siswa yang mengaku rugi jika tidak mengikuti materi petajaran IPA hanya sebanyak 75%.

Dengan fakta tersebut, maka penulis sebagai guru IPA berfikir untuk mencoba menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dalam rangka meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

             Think-Pair-Share (TPS) atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan jenis cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-5 orang) dan lebih dicirikan oeh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individu. Langkah-Iangkahnya adalah: Thinking (berpikir) mengenai pelajaran, Pairing (berpasangan) untuk berdiskusi dan Sharing (berbagi); membahas hasil diskusi. Model pembelajaran Think-Pair-Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakn salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana, Teknik ini memberi kesempaan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57).

             Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain.

             Adapun angkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share adalah:1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan membenikan tugas kepada semua kelompok, 2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, 3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, 4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004: 58).

             Think-Pair-Share memiliki prosedur ynag ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003 : 66). Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.

             Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas.

             Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagal berikut: Tahap 1: Thingking (berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

             Tahap 2: Pairing, Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap mi, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap 3: Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi tentang apa yang telah mereka bicarakan. dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Kegiatan “berpikir-berpasaangan-berbagi” dalam Think-Pair-Share memberikan keuntungan, Siswa secara mengembangkan pemikirannya masing-masing karena berpikir (think time), sehingga kuatas jawaban juga dapat meningkat.

                Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: satu) aktivitas belajar IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share lebih tinggi daripada aktivitas belajar IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional, dua) hasil belajar IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share lebih tinggi daripada hasil belajar IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Jadi dapat disimpulkan bahwa, penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share terbukti efektif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA.

terbit tanggal 13 Feb 2020, Radar Semarang Jawa Pos