This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, December 22, 2012

Soal Online Materi Alat Optik

Latihan soal online : IPA Kelas 8 smt genap, Materi Alat Optik
Sebelum kalian mengerjakan Soal Online ini terlebih dahulu kalain disuruh mengisi
1. Alamat E-mail kalian
2. Nama
3. Kelas
4. No Absent
Setelah selesai mengisi itu semua baru kamu dapat mengerjakan, selamat mencoba semoga berhasil dan diakhir soal kamu bisa melihat hasil pekerjaan kalian

Tuesday, December 18, 2012

Pengalaman di New Kuta Condotel Bali

Sabtu tanggal 15 September jam 19.00 aku ditelepon oleh Bapak Kepala SMP N 2 Kaliwungu Bp.Drs.Trikora Irianto, M.Si " Pak malam ini kita merapat di Sekolahan, karena ada berkas yang harus diselesaikan berkaitan dengan Proposal Pengajuan dan Pencairan Block Grand Bantuan RPL Laboratorium IPA" tak lama kemudian kita berkumpul di SMP bersama dengan Pak Eko Sunarto, S.Pd(waka Kurikulum), Pak Muhrowi, S.Pd(waka Sarpras), dan Pak Jaka Santosa, S.Pd (waka Kesiswaan) ternyata harus ada beberapa berkas yang harus kita isi,sampai jam 23.30 akhirnya semua berkas dan Format yang kita siapkan selesai dikerjakan.
Tak ketinggalan juga kita bagi tugas, saya yang mewakili ikut workshop Blockgrand Laboratorium IPA yang akan dilaksanakan tgl 17 - 19 Desember 2012 di Hotel New Kuta Condotel Bali. Saya menginap  selama 3 hari 2 malam di New Kuta Condotel, tetapi Saya bisa merasakan pemandangan & service yg bagus. New Kuta Condotel dekat dengan pantai dreamland yg menakjubkan dengan view & ombaknya yang masih 1 kawasan dengan hotel. Disana terdapat tempat hiburan juga yg bernama "Klapa". Di area luar hotel jg terdapat beberapa spot yg menakjubkan semisal pantai padang-padang dan blue point.
Kamar serta area sekitar hotel jg menawarkan pemandangan yg bagus.Saya rasa tidak percuma untuk menghabiskan waktu di New Kuta Condotel.
Sebelumnya saya bersama beberapa teman utusan dari SMP se Jawa Tengah bagian pantura juga berkesempatan untuk melihat beberapa Objek wisata yang ada di sekitar New Kuta Condotel Bali antara lain ; Patung Besar Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Sunday, December 16, 2012

Mengenang Kembali Soe Hok Gie

Mengutip dari FB sebelah " MENGENANG KEMBALI SOE HOK GIE (17 Desember 1942 – 16 Desember 1969)"

Tanggal 16 Desember, 42 tahun yang lalu, bangsa Indonesia telah kehilangan salah seorang putra terbaiknya: Soe Hok Gie, seorang demonstran yang – menurut Noegroho Notosutanto – “jujur dan berani dan mengerikan.” Di setiap masa selalu muncul orang-orang yang unik dan langka, yang mengusung ide dan prinsip baru yang terkadang melampaui zamannya dan karenanya menjadi bagian integral dari, dan mempengaruhi, proses sejarah. Era baru melahirkan visi baru dan semacam heroisme. Dalam hal ini kita sering kali membutuhkan suri tauladan untuk dicontoh, sebuah gagasan atau sosok ideal yang merepresentasikan cita-cita luhur atau sesuatu yang mendekati utopia. Kita membutuhkan sosok yang menegaskan perbedaan tajam antara kepahlawanan dan kepengecutan, antara keterusterangan dan kemunafikan, antara ketulusan niat dan egoisme pribadi; sosok yang melakukan sesuatu yang jauh dari sebatas mementingkan diri sendiri, melampaui kedirian yang terbatas dan terkadang pengap; sosok yang selalu secara serius mempertimbangkan landasan moral dalam segala aktivitas kehidupan.

Soe Hok Gie (SHG), kelahiran 17 Desember 1942, adalah manusia Indonesia yang unik dan luar biasa yang, sayangnya, terlalu cepat dipanggil Yang Maha Kuasa. Sebagai seorang Cina, etnis yang banyak dimusuhi di Indonesia waktu itu, dia tampil di panggung politik nasional tanpa merasa risih oleh latar belakangnya itu dan diakui sebagai tokoh intelektual dan gerakan mahasiswa yang paling disegani di era ‘66. Dia memainkan peran besar dan penting dalam menumbangkan rezim Soekarno dan pembentukan Orde Baru. Sebagai intelektual muda SHG berdiri ditengah-tengah berkecamuknya pertarungan ideologi dan kepentingan yang mewarnai masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru.

Sebagaimana lazimnya dalam masa transisi, selalu muncul manusia-manusia yang mencoba mengail di air keruh, mencari-cari kesempatan untuk memanfaatkan situasi demi kepentingan dirinya sendiri dan kelompoknya. Kini sejarah seperti berulang. Jika dulu penguasa Orde Baru mengkhianati cita-cita dan aspirasi gerakan mahasiswa 1966, sekarang hal yang serupa mulai tampak, saat cita-cita reformasi hanya sampai pada jargon-jargon dan spanduk-spanduk reformasi usang yang lusuh. Masa transisi menjadi ajang perebutan kekuasaan dengan mengatasnamakan demokrasi dan rakyat. Pesona kekuasaan telah melumpuhkan cita-cita gerakan moral mahasiswa, baik itu di tahun 1966 saat SHG masih hidup, maupun di era reformasi sekarang. Kursi kekuasaan telah menyedot banyak energi bangsa dan menghisap semua sumber daya, baik itu sumber daya manusia, politik, ekonomi maupun kultural. Kaum cendekiawan atau intelektual tak sedikit yang melacurkan diri demi kekuasaan ini.

Sebagai intelektual muda pada masa itu SHG juga tak lepas dari pergulatan dan tarik-menarik antara kekuasaan dan kecendekiawanan. Kekuasaan dan kecendekiawanan adalah dua hal berbeda yang menurut para ahli merupakan dunia yang hampir mustahil untuk didamaikan, dan kalau pun bisa, itu sifatnya hanya temporer. Kekuasaan dan kemapanan, apalagi kalau sudah sampai taraf absolut (otoritarian), cenderung membungkam segala bentuk kekritisan, yang merupakan ciri khas kaum cendekiawan. Kemesraan kekuasaan dan kecendekiawanan bisa menjadi kolaborasi yang sangat berbahaya. Dewasa ini kita banyak menyaksikan bagaimana kaum intelektual terserap dalam jaring laba-laba kekuasaan dan menjadikan mereka tak berdaya; mereka hanya menjadi corong dan pemasok legitimasi intelektual bagi kekuasaan dan kepentingannya. Menurut SHG kaum intelektual semestinya berada di luar jaring kekuasaan, menjadi profesional rebel. Intelektual atau cendekiawan seharusnya menjadi pengawal gerakan moral dalam segala bidang kehidupan, termasuk politik. Bagi SHG kecakapan dan kecerdasan serta kemampuan pemimpin tak banyak faedahnya bagi kehidupan berbangsa jika landasan moralnya berantakan. SHG jelas sama sekali tak meragukan kemampuan Soekarno sebagai pemimpin, namun pengalamannya dan pengetahuannya tentang Soekarno membuatnya tak mempercayai bahwa Soekarno bisa menjadi pemimpin yang baik, seperti ditulisnya sendiri dalam catatan hariannya: “Kesanku hanya satu, aku tak bisa percaya dia sebagai pemimpin negara karena dia begitu immoral” (Catatan Harian 24 Pebruari 1963). Namun SHG juga sadar betul bahwa imbauan dan seruan moral belaka tak cukup kuat untuk meruntuhkan, atau setidaknya mengubah, kekuasaan yang tak beermoral. SHG sadar bahwa secara ironis dia harus menggunakan media kekuasaan untuk mengubah atau membongkar kekuasaan yang immoral – “… yang penting adalah mendapatkan kekuatan yang perlu, sebab jika kita tak memelihara kekuatan dan hanya studi terus, kita akan disapu bersih oleh grup lawan … kini kita harus secara riel menyusun kekuatan. Dalam politik tak ada moral. Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor. Tetapi suatu saat di mana kita tak bisa menghindari lagi maka terjunlah … seperti dalam revolusi dulu. Dan jika sekiranya saatnya sudah sampai aku akan terjun ke lumpur ini.” (Catatan Harian, 16 Maret 1964).

Pandangan ini menyiratkan dilema yang tajam antara kekuasaan dan moral. Dalam realitas seringkali keyakinan moral tak cukup kuat bahkan untuk sekedar mengubah, apalagi menghancurkan penyelewengan kekuasaan. Dibutuhkan aksi, yang ironisnya memanfaatkan suatu kekuasaan tertentu, kekuataan dan paksaan untuk mengakhiri penyelewengan. Dalam hal ini timbul persoalan: dengan mengingat bahwa power tends to corrupt, jika keyakinan moral dijinkan memanfaatkan kekuasaan untuk menegakkan moralitas, maka seberapa jauhkah keyakinan moral yang ditopang dengan kekuasaan itu mampu membatasi kekuasaan atau hak untuk berkuasa dan sekaligus menjaga kehidupan moral di dalam kekuasaan? Di sini SHG sadar betul bahwa kerjasamanya dengan salah satu unsur kekuasaan – yakni tentara (Angkatan Darat) – dalam menggulingkan kekuasaan Soekarno tidak akan berumur panjang. Terus berkutat dalam “lumpur politik yang kotor” bukanlah keinginannya. Keinginan utamanya adalah menegakkan tatanan yang berdasarkan moral dan perikemanusiaan. Untuk itulah setelah rezim Soekarno digulingkan ia kembali menjaga jarak dengan kekuasaan, kembali menjadi lokomotif gerakan moral. Untuk keperluan ini dia membutuhkan ruang untuk mengekspresikan kritik-kritiknya dan itu ditemukannya dalam demokrasi. Maka tidak mengherankan ketika Orde Baru mulai mengkhianati demokrasi dan semakin jelas bergerak ke arah otoritarianisme, SHG menjadi gerah dan gelisah, hingga hampir mendekati tingkat frustasi. Menurut kakaknya, Arief Budiman, SHG tak lama sebelum meninggal berkata kepadanya, “Akhir-akhir ini saya selalu beerpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan. Saya mennulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan sejenisnya…Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa yang sebenarnya saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian.”

Sekali lagi, dengan bercermin pada situasi politik di periode awal Orde Baru dan juga masa pasca gerakan reformasi sekarang ini, kita bertanya-tanya, apakah moral akan selalu dikalahkan oleh kekuasaan? Atau, dengan meletakkan pertanyaan ini pada perspektif yang lebih luas, kita bisa mempertanyakan kembali apakah kecendekiawanan hanya akan bisa berbuat sebatas memberi kritik semata tanpa mampu mengubah keadaan secara signifikan? Kegelisahan SHG adalah kegelisahan kita semua yang mendambakan demokrasi dan tatanan politik yang bermoral dan berperikemanusiaan. Rasanya sekarang kita membutuhkan lebih banyak Soe Hok Gie–Soe Hok Gie baru yang tegar mempertahankan kebebasan intelektualnya di tengah lubang hitam kekuasaan yang dengan rakus melahap segalanya demi mempertahankan kelanggengan kekuasaan, yang dengan lantang menyuarakan kembali harapannya seperti yang dituliskannya dalam catatan harian tanggal 10 Desember 1959: “Kita, generasi kita, ditugaskn untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh korupot-koruptor tua…Kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia."

sumber :John MAXWELL, Soe Hok-Gie, Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirant, translated by Tri Wibowo Budi Santoso [triwibs kanyut], Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 2001

Wednesday, December 12, 2012

Soal Online Atom,Ion dan Molekul

Latihan soal online : IPA Kelas 8 smt genap, Materi Atom,ion dan molekul
Sebelum kalian mengerjakan Soal Online ini terlebih dahulu kalain disuruh mengisi
1. Alamat E-mail kalian
2. Nama
3. Kelas
4. No Absent
Setelah selesai mengisi itu semua baru kamu dapat mengerjakan, selamat mencoba semoga berhasil dan diakhir soal kamu bisa melihat hasil pekerjaan kalian

Thursday, November 29, 2012

LOMBA MENULIS ARTIKEL BAGI GURU


Forum Multimedia Edukasi (FORMULASI) di awal peluncurannya mengadakan LOMBA MENULIS ARTIKEL BAGI GURU. Lomba ini diperuntukkan bagi para guru dengan cara menulis di blog Formulasi. Adapun ketentuan lomba ini adalah sebagai berikut :
clip_image002[7]
Syarat dan ketentuan:
  1. Lomba terbuka untuk semua pendidik dan tenaga kependidikan.
  2. Peserta telah bergabung dalam grup formulasi yang beralamat di https://www.facebook.com/groups/formulasi/
  3. Tema lomba periode Desember 2012 – 28 Pebruari 2013 “Pengalaman / Rencana Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran”.
  4. Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran yang dimaksud bisa merupakan pengalaman mengunakan media pembelajaran, pengalaman memanfaatkan e-learning, pengalaman melakukan ujian online, dll.
  5. Tulisan yang dilombakan belum pernah diterbitkan atau sedang diikutsertakan dalam lomba lain. 
  6. Tulisan disertai dengan bukti Foto Anda pada saat mengaplikasikan pembelajaran berbasis ICT di dalam kelas.
  7. Tulisan yang dilombakan tidak melanggar norma dan hukum yang berlaku, termasuk didalamnya masalah SARA, pornografi, hak cipta, dan lain-lain.
  8. Artikel yang masuk dalam Redaksi Formulasi menjadi hak milik Redaksi Formulasi

Tuesday, November 27, 2012

Sejumlah Guru Besar dari berbagai perguruan tinggi mengkritisi sistem Ujian Nasional (UN)


Sekedar ikut menyebarkan sebuah artikel yang membahas tentang pelaksanaan Ujian Nasional untuk anak didik kita.Sebuah tulisan yang harus dibaca oleh para pendidik dan juga pengambil kebijakan di dunia Pendidikan negara Indonesia .
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA, Sejumlah Guru Besar dari berbagai perguruan tinggi mengkritisi sistem Ujian Nasional (UN). Mereka berkumpul untuk mendeklarasikan Petisi Reformasi Pendidikan 2012.
Guru Besar yang tergabung dalam Koalisi Damai Reformasi Pendidikan meminta pemerintah melakukan reposisi terhadap Ujian Nasional. Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi UI Profesor Mayling Oey-Gardiner, UN membuat anak menjadi tidak dapat bersaing .
"Karena anak murid hanya menghafal untuk ujian saja. Jadi tidak mendapat apa-apa," kata Mayling di Warung Daun, Jakarta, Minggu (25/11/2012).
Ia mengatakan sistem pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan keindahan diluar sekolah. "Seperti di museum atau tradisi tradisional. Dan yang ditekankan hanya harus menghafal saja," tuturnya.
Ia menegaskan UN untuk SD dan SMP harus dihapus. Pasalnya akibat yang ditimbulkan dari UN sangat besar.
"Jadi guru bisa naik pangkat kalau hasil kebohongan UN anak didiknya bagus, begitu juga dengan kepala sekolah dan kepala dinas. Jadi keeterkaitan itu harus dihapus. Dan tidak ada gunanya anak SD itu harus diambil melalui nilai UN," tegasnya.
Mayling mengatakan pemerintah harusnya dapat melihat pendidikan di tempat-tempat terpencil. Dimana pendidikan akhirnya tidak membuat mereka pintar. "Dia bisa dibohongi kalau belanja di pasar karena tidak bisa mneghitung padahal hasil UN-nya katanya bagus dan lulus. Jadi ini hanya kebohongan-kebohongan saja," imbuhnya.
Mayling juga menilai UN, tidak diperlukan karena hanya menghasilkan anak-anak yang menghafal dan tertekan. Mereka mendapat tekanan karena harus lulus UN.
  "Kita ingin punya anak yang berkarakter dan memiliki moralitas yang baik. Kita ingin punya anak yang berinovasi dengan berfikir. Tapi bagaimana mau berfikir kalau anak hanya disuruh menghafal-hafal saja. Jadi UN ini bagaikan tembok penghalang, ya," tuturnya.
Sumber Artikel : http://enewsletterdisdik.blogspot.com/2012/11/guru-besar-kecam-pelaksanaan-un.html#more

Sunday, November 25, 2012

Bahan Tugas Kuliah


a. bahwa satuan pendidikan berprinsip nirlaba dan dapat
    mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan
    pendidikan;
b. bahwa pungutan dan/atau sumbangan dalam rangka
    memenuhi tanggung jawab peserta didik, orang
    tua/walinya, dan/atau masyarakat haruslah berdasarkan
    ketentuan perundang-undangan;
c. bahwa dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
    60 Tahun 2011 tentang Larangan Pungutan Biaya
    Pendidikan Pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
    Pertama terdapat kekurangan dan belum menampung
    perkembangan kebutuhan satuan pendidikan yang dikelola
    oleh masyarakat sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
    pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan
    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
    Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan
    Pendidikan Dasar;

Untuk bahan tugas Manajemen Keuangan sekolah/madrasah silahkan diambil disini

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 48 TAHUN 2008 
TENTANG 
PENDANAAN PENDIDIKAN 



Saturday, November 24, 2012

KISI - KISI UN 2012 - 2013

Friday, November 23, 2012

HARGA SEBUAH WAKTU

HARGA SEBUAH WAKTU
Cerita ini saya posting dari FB temen Anson Diem… semoga menjadi renungan bagi orang tua yang terlalu sibuk bekerja…
Seorang Ayah pulang ke rumah dalam keadaan letih di sambut oleh anak lelakinya yg berusia 7 tahun didepan pintu…

Anak: Ayah, boleh tidak Arkan bertanya?
Ayah: “Ya…nak tanya apa?”
Anak: “Berapa pendapatan ayah per jam ?”
Ayah: “Itu bukan urusan kamu, buat apa kamu sibuk tanya?” si ayah mulai marah karena merasa lelah.
Anak: “Arkan tidak tahu ayah. Tolonglah beritahu berapa pendapatan ayah satu jam bekerja di kantor?” si anak mulai merayu.
Ayah: “Rp 10.000 perjam, memang kenapa?”
Anak: “Oh…” si anak menjawab sambil tunduk ke bawah. Kemudian memandang wajah ayahnya sambil bertanya, “Ayah….boleh tidak Arkan pinjam Rp 5000 dari ayah?”.

Si Ayah mulai menjadi berang dan berkata, ” oh, itu sebabnya kamu tanya
berapa pendapatan ayah, untuk apa uang sebanyak 5000 ? mau buat beli barang mainan lagi?
Ayah kerja capek-capek bukan untuk buang uang sembarangan.
Sekarang pergi ke kamar dan tidur, sudah lewat jam tidur nih…”

Anak kecil 7 tahun itu terdiam dan perlahan-lahan melangkah kembali ke kamar tidurnya.
Si ayah duduk di atas sofa dan mulai memikirkan mengapa anaknya yg sekecil itu memerlukan uang sebanyak itu.
Kira-kira dua jam kemudian si ayah kembali tenang dan berpikir, kemungkinan anaknya benar-benar memerlukan uang untuk keperluan di sekolahnya karena anaknya tidak pernah meminta uang sebanyak itu sebelumnya.
Dengan perasaan bersalah si ayah melangkah menuju kamar anaknya dan membuka pintu.
Didapati anaknya masih belum tidur.

“Kalau kamu betul-betul perlu uang, nah ambillah Rp 5000 ini”, kata si ayah.
Arkan segera bangun dan tersenyum girang. “Terima kasih banyak ayah”, katanya begitu gembira.
Kemudian dia mencari-cari sesuatu di bawah bantalnya dan mengeluarkan selembar lima ribuan yg sudah kusut.

Saat di lihat uang itu oleh ayahnya, si ayah kembali marah. “kenapa kamu minta uang lagi sedangkan kamu sudah ada uang sebanyak itu? Dan dari mana kamu dapat uang di bawah bantal itu?” bentak si ayah. Si anak menunduk tidak berani menatap wajah ayahnya.

“uang ini Arkan kumpulkan dari uang saku sekolah yang ayah beri tiap hari. Arkan minta lagi 5 ribu dari ayah sebab uang yang Arkan punya sekarang tidak cukup”, jawab si anak perlahan.
” Tidak cukup? memang mau buat beli apa?”, si ayah bertanya balik.
“Ayah, sekarang Arkan sudah punya 10 ribu. Ayah ambil uang ini.
Arkan mau beli satu jam waktu dari kerja ayah. Arkan ingin, ayah pulang kerja lebih awal besok.
Arkan kangen mau makan malam bersama ayah“, jawab si anak tanpa berani memandang wajah ayahnya yang terdiam dan hanya merasakan air bening jatuh dari matanya.

Sobat, sering kita sibuk bekerja dan tidak bisa membagi waktu untuk orang-orang yang kita sayangi.
waktu yang berlalu tidak akan mungkin kembali dan terulang lagi ……

(Sumber: Kembang Anggrek)

Thursday, November 22, 2012

Pengumuman Peserta Lomba Multimedia 2012


PENGUMUMAN PESERTA LOMBA MULTIMEDIA 2012

Peserta dimohon membawa :

1. Surat Tugas ( dari Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota atau Kepala Sekolah)

2. SPPD LPMP Jawa Tengah yang sudah distempel dan ditandatangani oleh pejabat Dinas Pendidikan atau Kepala Sekolah.

3. Software/program pendukung materi lomba.
Pengumuman Peserta Lomba MPI LPMP 2012

Wednesday, October 31, 2012

Pengumuman Pemenang Lomba dan Sayembara serta Penghargaan Bahasa dan Sastra pada Acara Bulan Bahasa dan Sastra 2012



   1. Sayembara Penulisan Cerita Pendek bagi Remaja      Tingkat Nasional
  a. Pemenang I: Ambar Fidianingsih, Yogyakarta dengan cerpen yang berjudul “Matahari  Segitiga”
  b. Pemenang II: Ryan Azhari Rivadana, Riau dengan cerpen yang berjudul “Bangku Kayu”
  c. Pemenang III: Suci Nurani Wulandari, Yogyakarta dengan cerpen yang  berjudul“Tetap Ada dan Tinggal”
  d. Pemenang Harapan I: Reny Roswita Nazar, Riau dengan cerpen yang berjudul “Gadis Penjual Koran”
  e. Pemenang Harapan II: Beladiena Herdiani, Yogyakarta dengan cerpen yang berjudul “Pengamen Bisu”
  f. Pemenang Harapan III: Tiara Padila, Kalimantan Barat dengan cerpen yang berjudul “Di Atas Kapuas”
    2. Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SLTA Se-Jabodetabek
        a. Penampil Terbaik I: Grup Musikalisasi Puisi SMAK 5 Penabur Jakarta
        b. Penampil Terbaik II: Grup Musikalisasi Puisi SMA Korpri Bekasi
        c. Penampil Terbaik III: Grup Musikalisasi Puisi SMA Negeri 6 Depok
        d. Penampil Terbaik IV: Grup Musikalisasi Puisi SMA Perguruan Advent 1 Jakarta
        e. Penampil Terbaik V: Grup Musikalisasi Puisi SMA Negeri 27 Jakarta
        f. Penampil Terbaik VI: Grup Musikalisasi Puisi SMA Negeri 115 Jakarta
    3. Debat Bahasa Antarmahasiswa Se-Jabodetabek dan Banten
a. Pemenang I: Program Studi Bahasa Indonesia, Universitas Indonesia
b. Pemenang II: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas  Negeri Jakarta
                c. Pemenang III: Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Indraprasta PGRI
 d. Pemenang Harapan I: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
 e. Pemenang Harapan II: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,  Universitas Indraprasta PGRI
 f. Pemenang Harapan III: Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Universitas Indonesia
    4. Lomba Blog Kebahasaan dan Kesastraan Tingkat Nasional
        a. Pemenang I: Drs. Sawali, M.Pd. (Kendal)
        b. Pemenang II: Bekti Patria Dwi Hastuti, S.S. (Madiun)
        c. Pemenang III: R. Kusdaryoko, S.Pd. (Banjarnegara)
        d. Pemenang Harapan I: Sabjan Badio (jogja)
        e. Pemenang Harapan II: Ferina Meliasanti (Subang)
        f. Pemenang Harapan III: Ahlul Hukmi (Riau)
5. Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasiona
      a. Pemenang I    : I Gede Wahyu Adi Raditya dan Kadek Ridoi Rahayu dari Provinsi Bali
      b. Pemenang II    : Afri Meldam dan Siska Amelia Maldin dari Provinsi Sumatra Barat
      c. Pemenang III    : Hendry Rifa’i dan Dhian Kurniawati dari Provinsi DKI Jakarta
      d. Pemenang Harapan I    : Panji Saputra dan Mita Devi Ayu Hafsari dari Provinsi Jawa Tengah
      e. Pemenang Harapan II    : Fajar Santoso dan Erdin Juwita P. dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
       f. Pemenang Harapan III    : Dellon Kuswari dan Meila Rosianika dari Provinsi Jambi

    6. Lomba Keterampilan Berbahasa Indonesia bagi Peserta BIPA
        a. Pemenang I    : Zhang Dongdong dari China
        b. Pemenang II    : Wei Yan dari China
        c. Pemenang III    : Ulviyya Khalilova dari Azerbaijan
    7. Sayembara Penulisan Proposal Penelitian Kebahasaan, Kesastraan, dan Pengajaran bagi  Mahasiswa Tingkat Nasional
           A. Kebahasaan
  1. Terbaik I : Novi Pamelasari, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul proposal penelitian “Kandungan Nilai Kearifan Lokal dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik)”
  2. Terbaik II : Jaenudin, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul proposal penelitian “Nama Perkakas Berbahan Bambu dalam Bahasa Sunda di Desa Prapatan, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang (Kajian Ekolinguistik)”
  3. Terbaik III : Nurul Purwaning Ayu, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul proposal penelitian “Konsep Hidup dan Mati dalam Leksikon Upacara Adat Khaul Buyut Tambi, Indramayu (Sebuah Kajian Etnolinguistik)”
      
            B. Kesastraan
a. Terbaik I :  Farhana Aulia, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra  dan Seni, Universitas Sebelas Maret dengan judul proposal penelitian “Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisi Sastra”
b. Terbaik II : Erlita Budi Antari, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan judul proposal penelitian “Nasionalisme Ideal Anak pada Novel Anak Mimpi Sang Garuda karya Benny Rhamdani; King karya Iwok Abqari; dan Sebelas Patriot karya Andrea Hirata”
c. Terbaik III : Wahyu Awaludin, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia dengan judul proposal penelitian “Gambaran Korupsi dan Perlawanan terhadapnya dalam Novel Indonesia Pascareformasi: Kepengarangan dan Analisis Struktural Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dan 86 karya Okky Madasari”
         C. Pengajaran
a. Terbaik I : Selly Nurlaely Purnama Sari, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul proposal penelitian “Peranan Konsep Diri dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Jenjang Sekolah Dasar sebagai Upaya Sosialisasi Pendidikan Berkeadilan Gender: Analisis Wacana Kritis”
b. Terbaik II : Eka Retnaningsih, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang dengan judul proposal penelitian “Peningkatan Keterampilan menyimak Dongeng Menggunakan Media Audio dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu pada Siswa Kelas VIIA, SMP Negeri 1 Winong, Kabupaten Pati”
c. Terbaik III : Eva Khofiyana, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret dengan judul proposal penelitian “Aspek Sosial dan Nilai-Nilai Pendidikan Novel Biografi Anak Sejuta Bintang dan Sepatu Dahlan sebagai Bahan Ajar Membaca Biografi Berbasis Pendidikan Karakter (Tinjauan Sosiologi Sastra)”
II. Penghargaan Badan Bahasa Tahun 2012
    1.  Oka Rusmini atas novelnya yang berjudul Tempurung
    2.  Dewi Lestari atas kumpulan cerita yang berjudul Madre
    3.  Eka Budianta atas buku puisi yang berjudul Langit Pilihan
III. Penghargaan Sastra Pendidik Tahun 2012
     1. Pemenang I   : Mezra E. Pellondou, S.Pd., M.Hum.
                                Guru SMA Negeri 1 Kupang
                                Jalan Cak Doko No. 59, Kupang
     2. Pemenang II  : Tri Astoto, S.Pd., M.Pd.
                                Guru SMP Negeri 10 Pare-Pare
                                Jalan Bau Massepe No. 474
                                 Sulawesi Selatan
     3. Pemenang III : Triman Laksana
                                Guru SD Negeri Pabelan 2
                                 Kalangan, Pabelan Mungkid
                                 Magelang
                                 Jawa Tengah
IV. Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa Cetak Tingkat Nasional
      a. Peringkat 1    :  Kompas (Jakarta)
      b. Peringkat 2    :  Media Indonesia (Jakarta)
      c. Peringkat 3    :  Seputar Indonesia (Jakarta)
      d. Peringkat 4    :  Koran Tempo (Jakarta)
      e. Peringkat 5    :  Indopos (Jakarta)
      f. Peringkat 6    :  Kontan (Jakarta)
      g. Peringkat 7    :  Pikiran Rakyat (Bandung)
      h. Peringkat 8    :  Warta Kota (Jakarta)
      i. Peringkat 9    :  Top Skor (Jakarta)
      j. Peringkat 10  :  Rakyat Bengkulu (Bengkulu)

                                                                                         Jakarta, 30 Oktober 2012


                                                                                         Dr. Fairul Zabadi
                                                                                         Ketua Bulan Bahasa dan Sastra 2012

Tuesday, October 30, 2012

James Bond 007 Skyfall

LONDON, (PRLM).- Film baru James Bond Skyfall menjadi film Bond dengan pendapatan terbesar di akhir pekan pembukaan, menurut angka yang dirilis Sony Pictures.
Skyfall mulai diputar di Inggris Jumat pekan lalu dan mencetak pendapatan £20,1 juta (Rp309,3 miliar), menjadikannya sebagai film dengan pendapatan terbesar di pekan pembukaan sepanjang 2012 dan yang ketiga sepanjang sejarah.
Namun Skyfall masih belum mampu menandingi pendapatan dari film Harry Potter and The Deathly Hallows Part 2. Sekuel terakhir Harry Potter dalam 3D mencetak £23 juta di akhir pekan pertama.
Skyfall juga masih berada di belakang Toy Story 3, yang mencetak £21,2 juta di akhir pekan pembukaan menurut Screen Daily, meski film animasi itu diuntungkan oleh pemutaran perdana selama empat hari.
Michael G Wilson dan Barbara Broccoli, produser dari film 007 ke-23 itu mengatakan, "Kami sangat senang dengan reaksi terhadap Skyfall akhir pekan ini. Hal ini sangat menggembirakan karena Inggris adalah tanah kelahiran James Bond dan tahun ini adalah peringatan ke 50 tahun film tersebut."
James Bond adalah waralaba film terlama dalam sejarah. Film yang juga dibintangi oleh Dame Judi Dench dan Javier Bardem itu diputar di 587 bioskop di Inggris dan Irlandia dan baru akan diputar di AS pada 9 November.
Skyfall juga menandai debut sutradara Sam Mendes dan kembalinya Daniel Craig sebagai agen 007 untuk ketiga kalinya, sesudah sukses dengan Casino Royale dan Quantum of Solace.
Ia telah menandatangani kontrak untuk membintangi dua film Bond lainnya.
Pekan lalu, The Hollywood Reporter mengungkap bahwa salah satu penulis Skyfall, John Logan, telah mulai menulis cerita Bond asli dua babak, yang tidak berdasarkan pada karya pengarang asli Ian Fleming.
Logan sebelumnya menggarap naskah film Hugo dan The Aviator karya sutradara Martin Scorcese dan Gladiator karya Ridley Scott.

Thursday, October 11, 2012

Guru Profesional dan Problematikanya


Guru profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan  metode, akan tetapi seorang guru profesional dituntut mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Tetapi guru profesional juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang makna hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Pemahaman ini akan melandasi pola pikir dan pola kerja guru serta loyalitasnya terhadap profesi pendidikan. Dalam implementasi proses belajar mengajar guru harus mampu mengembangkan budaya organisasi kelas, dan iklim organisasi pengajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis sehingga menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan tuntutan Undang-Undang Sisdiknas (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 ayat 2 a).
Arifin (2001), mengemukakan bahwa guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; (2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan paktis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada paktis pendidikan masyarakat Indonesia; (3) pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service  karena pertimbangan birokrasi yang kaku atau manajemen pendidikan yang masih lemah belum menyentuh dan mengangkat permasalahan di lapangan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan, unsur yang sangat menentukan ketercapaian tujuan adalah guru. Guru merupakan komponen yang layak mendapat perhatian karena baik ditinjau dari segi posisi yang ditempati dalam struktur organisasi pendidikan maupun dilihat dari tugas yang diemban, guru merupakan pelaksana terdepan yang menentukan dan mewarnai proses belajar mengajar serta kualitas pendidikan umumnya.                                                  
Ditemukan dalam berbagai studi Suryadi (2003), bahwa profesionalisme guru secara konsinten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Dalam studi-studi itu, guru yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Lebih-lebih untuk lembaga pendidikan yang bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal perkembangan profesionalisme guru.           
Pengembangan profesionalisme guru dan yang menumbuhkan guru, mempersyaratkan iklim kerja yang sehat sehingga guru dapat tumbuh secara personal dan profesional. Keterlibatan guru bukan hanya dalam struktur hirarkis, melainkan juga keterlibatan secara psikologis, sehingga guru merasa diakui, bertanggung jawab dan merasa memiliki sekolah secara utuh. Guru sebagai pendidik mempunyai posisi strategis, ia mempunyai pengaruh langsung terhadap proses belajar mengajar siswa. Kualitas proses hasil belajar pada akhirnya ditentukan oleh kualitas pertemuan antara guru dan siswa. Ilmu mereka serta  keterampilan yang dimilikinya akan diteruskan dan akan menjadi alat pengembangan dan pendewasaan anak didiknya, sehingga kualitas pendidikan lulusan suatu sekolah sering kali dipandang tergantung kepada peranan gurunya dan pengelolaan komponen yang terkait dalam proses belajar mengajar.
Mengingat peran guru yang strategis dalam menentukan kualitas pendidikan, maka diperlukan syarat-syarat kepribadian dan kemampuan profesional dengan berbagai kapasitas sebagai pendidik. Menurut Suryadi (dalam Asiatun dan Komariah, 2004), guru yang berkualitas paling tidak memiliki empat kriteria utama yaitu: (1) kemampuan profesional (professional capasity), (2) upaya profesional (professional effort), (3) waktu yang dicurahkan dalam kegiatan profesional (time devotion), dan (4) imbalan atas hasil kerjanya (professional rent).
Untuk itulah, dalam rangka peningkatan dan pengembangan profesionalisme guru diperlukan penelitian kebijakan yang memberikan solusi kebijakan yang strategis untuk mewujudkan guru yang bermutu, profesional, produktif profesionalisme dan memiliki komitmen yang tinggi. Hal ini untuk mengurangi kemerosotan dan penurunan mutu guru yang selama ini menjadi salah satu problem yang perlu untuk dihadapi bersama.

Wednesday, October 10, 2012

Faktor penyebab rendahnya minat baca



Pada abad ini hampir di segala sektor kehidupan terjadi perubahan yang sangat cepat, bahkan hampir tak terduga. Supaya semua perubahan tersebut segera dapat diketahui seseorang harus memperoleh informasi dari sumber manapun. Kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan itu semua adalah kemampuan membaca. Kemampuan membaca tersebut bukan sekadar dapat membaca, melainkan membaca secara cepat, apalagi sumber informasi digital dan elektronis yang sekarang ini semakin pesat.
Menurut Baldridge (1979), setiap calon cendekiawan abad modern ini dituntut untuk membaca 850.000 kata/menit. Jika seseorang hanya mampu membaca 250 kata/menit, dalam seminggu ia harus membaca kira-kira 56 jam, artinya 8 jam/hari. Sungguh dramatis, bukankah hidup ini tidak hanya diabdikan untuk membaca? Masih banyak tugas lain yang lebih penting daripada itu. Agar seseorang dapat memanfaatkan waktu dengan efisien, sekali lagi seseorang perlu memiliki keterampilan membaca cepat. Kemampuan membaca cepat ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan tujuan dan manfaat yang ditetapkan.
Kenyataan menunjukkan bahwa semakin berkembang karier seseorang tuntutan untuk membaca juga semakin besar, padahal waktu yang tersedia semakin terbatas. Semua harus berpacu dengan informasi dan gagasan yang setiap hari membanjiri meja kerjanya. Informasi yang membanjir akan memperbudaknya apabila ia tidak terampil membaca cepat. Sementara itu, masih terdengar keluhan bahwa kemampuan membaca buku-buku para mahasiswa Indonesia terlalu lemah. Mereka terlalu lama menyelesaikan pembacaan buku-buku, bahkan buku-buku yang tipis sekalipun. Hal itu terjadi bukan hanya karena kesalahan mereka. Sewaktu bersekolah di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar mereka memang diajari membaca, mengenali kata, mengejanya, dan seterusnya. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama mereka tidak lagi diajari cara membaca yang benar. Salah satunya adalah cara membaca cepat yang benar.
Tampaknya terdapat berbagai sebab mengapa kemampuan membaca para siswa kita rendah .Faktor yang dimaksud dapat berasal dari dalam maupun dari luar siswa. Faktor dari dalam berarti faktor dari siswa. Mereka mempunyai kebiasaan ‘menunda atau interupsi, mengulangi pembacaan, vokalisasi dan subvokalisasi. Sedangkan faktor dari luar misalnya dari guru. Guru kurang tepat dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Secara tidak langsung hal tersebut akan semakin membuat kemampuan membaca para siswa semakin rendah dan ini berarti semakin memperbesar ketidak berhasilan pembelajaran membaca cepat.