Pengelolaan
pembelajaran matematika berbasis ATI ditujukan untuk mengembangkan dan
menciptakan pembelajaran yang peduli dan memperhatikan keterkaitan antara
kemampuan awal (aptitude) siswa dengan tindakan pembelajaran (treatment).
Untuk mencapai tujuan tersebut, ATI dalam pembelajaran berupaya
menemukan dan memilih model, pendekatan, strategi, dan sejumlah metode yang
dijadikan sebagai tindakan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan kemampuan
awal siswa. Kemudian melalui interaksi yang positif multiplikatif dikembangkan
tindakan-tindakan teknik dan taktik pembelajaran, sehingga akhirnya dapat
diciptakan optimali-sasi perubahan perilaku dan prestasi akademik siswa.
Model
pembelajaran ATI dikembangkan dari model interaksi sosial dan
personal-humanistik. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus
sebagai makhluk sosial. Hal ini berimplikasi, ada saatnya seseorag bekerja
sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tetapi disisi lain tidak bisa
melepaskan diri dari ketergantungan dengan pihak lain. Perpaduan ke-dua model
tersebut berorientasi kepada aktivitas dan pengalaman siswa. Melalui model ini
diharapkan dapat mengembangkan siswa menjadi subjek yang aktif dan mampu
mengembangkan seluruh potensinya, sesuai karak-teristik siswa sebagai makluk
yang unik. Pendekatannya dikembang-kan dari pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered learning). Pendekatan pembelajaran
yang ber-pusat pada siswa menurunkan strategi inquiry dan induktif dalam
koridor kontekstual dengan setting group learning tutor sebaya.
Dalam group learning, siswa belajar dalam kelompok kecil (4 siswa)
dengan beragam kemampuan awal (tinggi: 1 siswa, sedang: 2 siswa, rendah: 1
siswa) dan secara bergantian (mulai yang kemampuan awalnya tinggi) salah satu
menjadi tutor sebaya. Strategi inquiry dan induktif dikembangkan dengan
kombinasi metode (1) demonstrasi, (2) diskusi, (3) tanya jawab, (4) pengalaman
lapangan, dan (5) penugasan. Teknik dan taktik dikembangkan dengan pemanfaatan
media dan sumber belajar.
Pengembangan
materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut isi adalah
ilmiah, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Ilmiah, mencakup
ke-seluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam materi ajar
matematika. Keseluruhan materi dan kegiatan tersebut harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Rele-van, cakupan, kedalaman, tingkat
kesukaran dan urutan penya-jian dalam materi ajar matematika disesuaikan dengan
tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual siswa.
Materi
ajar memadai,
artinya bahwa materi ajar cukup menun-jang pencapaian kompetensi dasar. Materi
ajar harus memuat prinsip aktual dan kontekstual. Prinsip ini
mencakup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni mutakhir dalam
kehidupan nyata. Pengembangan materi ajar harus fleksibel di-sesuaikan dengan
fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menyeluruh maksudnya,
pengembangan materi ajar harus dapat menunjang pencapaian kognitif, skill dan
sikap. Hal ini dibuktikan oleh pembelajaran matematika dituntut untuk selalu
berpikir logis, kritis dan terstruktur.
Pengembangan
materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut tata urutan
adalah sistematis dan konsisten. Pengembangan materi ajar menggunakan KD awal
sebagai dasar KD pembelajaran selanjutnya. Hal ini dilakukan jika topik antarKD
awal dengan KD selanjutnya saling berkesinambungan. Keajegan antara SK dan KD
sangat diperlukan dalam pengembangan materi ajar. Agar materi ajar sistematis
dan konsisten dengan SK dan KD serta indikator yang ada dalam silbus, guru
dituntut mengem-bangkan bahan ajar berupa lembar kerja.
Berangkat
dari karakteristik matematika yang telah disampai-kan di atas, pengembangan
pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI juga memperhatikan
penyajian materi ajar, dimulai dari yang konkrit menuju yang abstrak, dimulai
dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan pembelajaran matematika bermakna.
Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan
sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang
paling kompleks. Bermakna, yaitu pem-belajaran yang mengutamakan
pemahaman konsep dan pene-rapannya dalam kehidupan siswa. Hal ini dituangkan
dalam lembar kerja yang disusun guru.
Kegiatan
belajar matematika agar menjadi bermakna, maka gerak otak dan tubuh dalam
belajar harus bersama-sama. Menurut Sutama
(2004: 80) gerak otak dan tubuh dalam belajar matematika harus
bersama-sama melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa
dikatakan belajar matematika bermakna apabila siswa membangun sendiri pemahaman
matematika. Untuk memahami apa yang dipelajari, siswa harus melakukan kegiatan
matematika (doing math), yaitu “menyatakan”, “mengubah”,
“menyelesaikan”, “menerapkan”, “mengkomunikasikan”, “menguji” dan
“membuktikan”.
Menurut
Clark dan Microslav Lovric (2008) belajar merupakan proses yang bermakna,
apabila guru berusaha melakukan kegiatan: (1) Memilih tugas-tugas matematika
yang bermanfaat bagi siswa di kemudian
hari dan diberi langkah pengerjaannya, sehingga memotivasi siswa untuk
meningkatkan keterampilan intelektualnya; (2) Memberi kesempatan kepada siswa
untuk mendalami proses dan hasil pengerjaan matematika serta penerapannya; (3)
Men-ciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan
idea matematika; (4) Membantu pemahaman siswa, dengan menggunakan alat-alat
teknologi dan sumber bahan ajar lain; (5) Membantu siswa untuk mencari hubungan
antara pengetahuan semula dengan pengetahuan baru; dan (6) Mem-bimbing secara
individual, kelompok, maupun klasikal.
Tahap
terakhir dari pembelajaran berbasis ATI adalah mela-kukan penilaian.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembe-lajaran memiliki fungsi yang amat
menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan luaran pembelajaran
berbasis ATI. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan
informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap penga-laman
belajar siswa. Terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai
perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman
guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
Melalui
penilaian, guru dengan cermat akan mengetahui kema-juan, kemunduran, dan
kesulitan siswa dalam belajar. Melalui peni-laian, guru juga akan memiliki
kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses
bimbingan belajar untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan gambaran tentang
kemajuan belajar siswa diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka
penilaian pembelajaran berbasis ATI tidak hanya dilakukan pada akhir
program pembelajaran, tetapi secara integral dilakukan selama proses
pembelajaran. Dengan cara tersebut di atas, guru secara nyata akan mengetahui
tingkat kemampuan siswa yang sebe-narnya.
Agar
tingkat keberhasilan (efektivitas) pengelolaan pembe-lajaran matematika
berbasis ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu
diperhatikan dan dihayati tiga prinsip yang dikemukakan oleh Cronbach dan Snow
(1979). Prinsip per-tama, interaksi antara kemampuan dan perlakuan
pem-belajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi
oleh variabel tugas, jabatan dan situasi. Ini berarti, dalam
mengimplementasikan pembelajaran berbasis ATI perlu mem-perhatikan dan
meminimalkan bias yang diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut.
Prinsip kedua, lingkungan pem-belajaran yang terstruktur cocok bagi siswa yang
memiliki kemam-puan rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih
cocok untuk siswa yang pandai. Prinsip ketiga, siswa yang rasa percaya dirinya
kurang cenderung belajarnya akan lebih baik dalam lingkungan terstruktur dan
sebaliknya siswa yang inde-pendent belajarnya akan lebih baik dalam
situasi fleksibel.
Selain
tiga prinsip tersebut, proses pembelajaran berbasis ATI harus
mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: (1) kerja sama, (2) saling
menunjang, (3) menyenangkan dan tidak membo-sankan, (4) belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran
terinte-grasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing
dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10) dinding kelas dan
lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (tabel, diagram, proses pemecahan
masalah), (11) laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi juga hasil
karya siswa.
Menurut
Walmsley dan Aaron Hickman (2007) desain pembe-lajaran yang memperhatikan
perbedaan individu, yaitu dalam setiap pertemuan siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap pertemuan dengan waktu
40 menit dibagi menjadi empat bagian, yaitu 8 menit pembukaan, 12 menit
pengembangan konsep 1, 12 menit pengembangan konsep 2, dan 8 menit penutup.
Pembukaan, mengecek PR, memberi pe-luang siswa bertanya dan memberi umpan
balik. Tujuan pem-bukaan, siswa memperbaiki kesalahannya dan memahami konsep
yang lalu untuk membuat hubungan dengan konsep yang akan dipelajari melalui
kerangka kontektual. Pengembangan konsep, membahas konsep dengan metode tanya
jawab melalui contoh dan beberapa latihan untuk didiskusikan dengan
kelompoknya. Penutup, siswa di minta mencari hubungan antara pembukaan dan
konsep yang dipelajarai. Tujuannya, siswa dapat menemukan pola secara mandiri
dan melihat imbangan antarkonsep.
Desain
pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI dikembangkan
berdasarkan pendapat Walmsley dan Aaron Hickman di atas, yaitu tahap pertama kegiatan pendahuluan,
tahap kedua kegiatan inti, dan tahap ketiga kegiatan penutup. Ketiga tahapan
diwujudkan dalam bentuk belajar kelompok kecil dengan tutor sebaya.
Kegiatan
pendahuluan meliputi: 1) review, yaitu membahas tugas, yang esensial dan
sulit diberi balikan, 2) motivasi awal, yaitu memberitahukan tujuan
pembelajaran, memberikan gambaran umum materi ajar dan memberikan gambaran
kegiatan yang akan dilakukan, dan 3) apersepsi, yaitu memberikan materi pengait
sesuai materi yang dibahas.
Kegiatan
inti meliputi pengembangan konsep dan penerapan. Dalam pengembangan konsep,
pembahasan materi ajar melalui strategi induktif dengan menggunakan media
pembelajaran dan sumber belajar, serta tindakan pembelajaran disesuaikan
kemam-puan awal siswa (ATI) dengan taktik, a) menampilkan sikap
ber-sahabat, b) menghindari perbuatan yang dapat mengganggu pera-saan siswa, c)
menunjukkan sikap adil kepada semua siswa, d) menggunakan berbagai teknik untuk
memelihara tingkah laku sis-wa, e) menghargai setiap perbedaan pendapat, f)
menekankan bagian-bagian penting, g) membantu siswa yang mendapat kesulitan, h)
mendorong siswa aktif, menumbuhkan kepercayaan siswa, dan menciptakan suasana
kondusif. Hal ini didukung Ellis dan Berry (2005) bahwa pembelajaran terbaik
terjadi ketika tindakan berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Prinsip
ini mengatakan bahwa (1) anak-anak mempunyai kebebasan untuk mengembangkan diri
secara alami, (2) minat siswa merupakan motivasi untuk semua kegiatan, dan (3)
guru adalah seorang pemandu dan tidak berperan utama dalam kegiatan
pembelajaran.
Tahap
penerapan diberikan latihan terkontrol dan latihan mandiri. Latihan terkontrol
setting kelas kelompok kecil (tiap kelom-pok 4 siswa dengan kemampuan awal
bevariasi) meliputi kegiatan: a) tugas diarahkan dengan jelas, b) membimbing
dan memudahkan belajar siswa, c) menuntut tanggung jawab siswa, d) menumbuhkan
kerja sama antarsiswa, dan e) menumbuhkan inisiatif siswa dalam belajar.
Latihan mandiri meliputi kegiatan: a) komunikasi antar-pribadi menunjukkan
kehangatan, b) merespon setiap pendapat siswa, c) membimbing belajar siswa, d)
mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam belajar, dan e) menumbuhkan
keper-cayaan siswa kepada diri sendiri.
Kegiatan
penutup meliputi review terhadap rangkuman dan tindak lanjut. Kegiatan review
terhadap rangkuman, yaitu a) mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dan b)
rangkuman jelas dan mencakup seluruh inti materi ajar. Kegiatan tindak lanjut,
meliputi: a) mengevaluasi hasil belajar siswa, b) menyarankan agar materi ajar
dipelajari kembali di rumah, c) memberikan tugas rumah dengan langkah-langkah
pengerjaan, dan d) menyarankan agar materi ajar berikutnya dipelajari terlebih
dahulu di rumah.
Desain
pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI, secara umum dapat
dilakukan melalui langkah-langkah: (1) sesuai kemampuan awal siswa, pemikiran
siswa dikembangkan untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna (merubah
paradigma belajar sebagai kewajiban menjadi belajar sebagai kebutuhan), (2)
melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry terbimbing untuk semua
topik yang dipelajari, (3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan-pertanyaan, (4) mencipta-kan masyarakat belajar, seperti
melalui kegiatan kelompok belajar dengan tutor sebaya (berdiskusi, tanyajawab,
dan pemecahan masalah), (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran,
bisa melalui ilustrasi model bahkan media yang sebenarnya, (6) membiasakan
siswa untuk melakukan refleksi dari
setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (apa yang berhasil, apa yang
belum berhasil, mengapa hal itu terjadi, dan selanjutnya bagai-mana), dan (7)
melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya
pada setiap siswa.
0 comments:
Post a Comment