Thursday, July 12, 2012

Pengembangan Pengelolaan Pembelajaran Matematika Berbasis ATI


Pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI ditujukan untuk mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang peduli dan memperhatikan keterkaitan antara kemampuan awal (aptitude) siswa dengan tindakan pembelajaran (treatment). Untuk mencapai tujuan tersebut, ATI dalam pembelajaran berupaya menemukan dan memilih model, pendekatan, strategi, dan sejumlah metode yang dijadikan sebagai tindakan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan kemampuan awal siswa. Kemudian melalui interaksi yang positif multiplikatif dikembangkan tindakan-tindakan teknik dan taktik pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimali-sasi perubahan perilaku dan prestasi akademik siswa.
Model pembelajaran ATI dikembangkan dari model interaksi sosial dan personal-humanistik. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Hal ini berimplikasi, ada saatnya seseorag bekerja sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tetapi disisi lain tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan dengan pihak lain. Perpaduan ke-dua model tersebut berorientasi kepada aktivitas dan pengalaman siswa. Melalui model ini diharapkan dapat mengembangkan siswa menjadi subjek yang aktif dan mampu mengembangkan seluruh potensinya, sesuai karak-teristik siswa sebagai makluk yang unik. Pendekatannya dikembang-kan dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Pendekatan pembelajaran yang ber-pusat pada siswa menurunkan strategi inquiry dan induktif dalam koridor kontekstual dengan setting group learning tutor sebaya. Dalam group learning, siswa belajar dalam kelompok kecil (4 siswa) dengan beragam kemampuan awal (tinggi: 1 siswa, sedang: 2 siswa, rendah: 1 siswa) dan secara bergantian (mulai yang kemampuan awalnya tinggi) salah satu menjadi tutor sebaya. Strategi inquiry dan induktif dikembangkan dengan kombinasi metode (1) demonstrasi, (2) diskusi, (3) tanya jawab, (4) pengalaman lapangan, dan (5) penugasan. Teknik dan taktik dikembangkan dengan pemanfaatan media dan sumber belajar. 

Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut isi adalah ilmiah, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan  menyeluruh. Ilmiah, mencakup ke-seluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam materi ajar matematika. Keseluruhan materi dan kegiatan tersebut harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Rele-van, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penya-jian dalam materi ajar matematika disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual siswa.
Materi ajar memadai, artinya bahwa materi ajar cukup menun-jang pencapaian kompetensi dasar. Materi ajar harus memuat prinsip aktual dan kontekstual. Prinsip ini mencakup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni mutakhir dalam kehidupan nyata. Pengembangan materi ajar harus fleksibel di-sesuaikan dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menyeluruh maksudnya, pengembangan materi ajar harus dapat menunjang pencapaian kognitif, skill dan sikap. Hal ini dibuktikan oleh pembelajaran matematika dituntut untuk selalu berpikir logis, kritis dan terstruktur.
Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut tata urutan adalah sistematis dan konsisten. Pengembangan materi ajar menggunakan KD awal sebagai dasar KD pembelajaran selanjutnya. Hal ini dilakukan jika topik antarKD awal dengan KD selanjutnya saling berkesinambungan. Keajegan antara SK dan KD sangat diperlukan dalam pengembangan materi ajar. Agar materi ajar sistematis dan konsisten dengan SK dan KD serta indikator yang ada dalam silbus, guru dituntut mengem-bangkan bahan ajar berupa lembar kerja.
Berangkat dari karakteristik matematika yang telah disampai-kan di atas, pengembangan pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI juga memperhatikan penyajian materi ajar, dimulai dari yang konkrit menuju yang abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan pembelajaran matematika bermakna. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Bermakna, yaitu pem-belajaran yang mengutamakan pemahaman konsep dan pene-rapannya dalam kehidupan siswa. Hal ini dituangkan dalam lembar kerja yang disusun guru.
Kegiatan belajar matematika agar menjadi bermakna, maka gerak otak dan tubuh dalam belajar harus bersama-sama. Menurut Sutama  (2004: 80) gerak otak dan tubuh dalam belajar matematika harus bersama-sama melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa dikatakan belajar matematika bermakna apabila siswa membangun sendiri pemahaman matematika. Untuk memahami apa yang dipelajari, siswa harus melakukan kegiatan matematika (doing math), yaitu “menyatakan”, “mengubah”, “menyelesaikan”, “menerapkan”, “mengkomunikasikan”, “menguji” dan “membuktikan”.
Menurut Clark dan Microslav Lovric (2008) belajar merupakan proses yang bermakna, apabila guru berusaha melakukan kegiatan: (1) Memilih tugas-tugas matematika yang bermanfaat  bagi siswa di kemudian hari dan diberi langkah pengerjaannya, sehingga memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan intelektualnya; (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami proses dan hasil pengerjaan matematika serta penerapannya; (3) Men-ciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan idea matematika; (4) Membantu pemahaman siswa, dengan menggunakan alat-alat teknologi dan sumber bahan ajar lain; (5) Membantu siswa untuk mencari hubungan antara pengetahuan semula dengan pengetahuan baru; dan (6) Mem-bimbing secara individual, kelompok, maupun klasikal.
Tahap terakhir dari pembelajaran berbasis ATI adalah mela-kukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembe-lajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan luaran pembelajaran berbasis ATI. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap penga-laman belajar siswa. Terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
Melalui penilaian, guru dengan cermat akan mengetahui kema-juan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar. Melalui peni-laian, guru juga akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka penilaian pembelajaran berbasis ATI tidak hanya dilakukan pada akhir program pembelajaran, tetapi secara integral dilakukan selama proses pembelajaran. Dengan cara tersebut di atas, guru secara nyata akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang sebe-narnya.
Agar tingkat keberhasilan (efektivitas) pengelolaan pembe-lajaran matematika berbasis ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati tiga prinsip yang dikemukakan oleh Cronbach dan Snow (1979). Prinsip per-tama, interaksi antara kemampuan dan perlakuan pem-belajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel tugas, jabatan dan situasi. Ini berarti, dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis ATI perlu mem-perhatikan dan meminimalkan bias yang diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut. Prinsip kedua, lingkungan pem-belajaran yang terstruktur cocok bagi siswa yang memiliki kemam-puan rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih cocok untuk siswa yang pandai. Prinsip ketiga, siswa yang rasa percaya dirinya kurang cenderung belajarnya akan lebih baik dalam lingkungan terstruktur dan sebaliknya siswa yang inde-pendent belajarnya akan lebih baik dalam situasi fleksibel.
Selain tiga prinsip tersebut, proses pembelajaran berbasis ATI harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan dan tidak membo-sankan, (4)  belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terinte-grasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (tabel, diagram, proses pemecahan masalah), (11) laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi juga hasil karya siswa.
Menurut Walmsley dan Aaron Hickman (2007) desain pembe-lajaran yang memperhatikan perbedaan individu, yaitu dalam setiap pertemuan siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap pertemuan dengan waktu 40 menit dibagi menjadi empat bagian, yaitu 8 menit pembukaan, 12 menit pengembangan konsep 1, 12 menit pengembangan konsep 2, dan 8 menit penutup. Pembukaan, mengecek PR, memberi pe-luang siswa bertanya dan memberi umpan balik. Tujuan pem-bukaan, siswa memperbaiki kesalahannya dan memahami konsep yang lalu untuk membuat hubungan dengan konsep yang akan dipelajari melalui kerangka kontektual. Pengembangan konsep, membahas konsep dengan metode tanya jawab melalui contoh dan beberapa latihan untuk didiskusikan dengan kelompoknya. Penutup, siswa di minta mencari hubungan antara pembukaan dan konsep yang dipelajarai. Tujuannya, siswa dapat menemukan pola secara mandiri dan melihat imbangan antarkonsep.
Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI dikembangkan berdasarkan pendapat Walmsley dan Aaron Hickman di atas,  yaitu tahap pertama kegiatan pendahuluan, tahap kedua kegiatan inti, dan tahap ketiga kegiatan penutup. Ketiga tahapan diwujudkan dalam bentuk belajar kelompok kecil dengan tutor sebaya.
Kegiatan pendahuluan meliputi: 1) review, yaitu membahas tugas, yang esensial dan sulit diberi balikan, 2) motivasi awal, yaitu memberitahukan tujuan pembelajaran, memberikan gambaran umum materi ajar dan memberikan gambaran kegiatan yang akan dilakukan, dan 3) apersepsi, yaitu memberikan materi pengait sesuai materi yang dibahas. 
Kegiatan inti meliputi pengembangan konsep dan penerapan. Dalam pengembangan konsep, pembahasan materi ajar melalui strategi induktif dengan menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar, serta tindakan pembelajaran disesuaikan kemam-puan awal siswa (ATI) dengan taktik, a) menampilkan sikap ber-sahabat, b) menghindari perbuatan yang dapat mengganggu pera-saan siswa, c) menunjukkan sikap adil kepada semua siswa, d) menggunakan berbagai teknik untuk memelihara tingkah laku sis-wa, e) menghargai setiap perbedaan pendapat, f) menekankan bagian-bagian penting, g) membantu siswa yang mendapat kesulitan, h) mendorong siswa aktif, menumbuhkan kepercayaan siswa, dan menciptakan suasana kondusif. Hal ini didukung Ellis dan Berry (2005) bahwa pembelajaran terbaik terjadi ketika tindakan berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Prinsip ini mengatakan bahwa (1) anak-anak mempunyai kebebasan untuk mengembangkan diri secara alami, (2) minat siswa merupakan motivasi untuk semua kegiatan, dan (3) guru adalah seorang pemandu dan tidak berperan utama dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap penerapan diberikan latihan terkontrol dan latihan mandiri. Latihan terkontrol setting kelas kelompok kecil (tiap kelom-pok 4 siswa dengan kemampuan awal bevariasi) meliputi kegiatan: a) tugas diarahkan dengan jelas, b) membimbing dan memudahkan belajar siswa, c) menuntut tanggung jawab siswa, d) menumbuhkan kerja sama antarsiswa, dan e) menumbuhkan inisiatif siswa dalam belajar. Latihan mandiri meliputi kegiatan: a) komunikasi antar-pribadi menunjukkan kehangatan, b) merespon setiap pendapat siswa, c) membimbing belajar siswa, d) mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam belajar, dan e) menumbuhkan keper-cayaan siswa kepada diri sendiri.
Kegiatan penutup meliputi review terhadap rangkuman dan tindak lanjut. Kegiatan review terhadap rangkuman, yaitu a) mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dan b) rangkuman jelas dan mencakup seluruh inti materi ajar. Kegiatan tindak lanjut, meliputi: a) mengevaluasi hasil belajar siswa, b) menyarankan agar materi ajar dipelajari kembali di rumah, c) memberikan tugas rumah dengan langkah-langkah pengerjaan, dan d) menyarankan agar materi ajar berikutnya dipelajari terlebih dahulu di rumah.
Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI, secara umum dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1) sesuai kemampuan awal siswa, pemikiran siswa dikembangkan untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna (merubah paradigma belajar sebagai kewajiban menjadi belajar sebagai kebutuhan), (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry terbimbing untuk semua topik yang dipelajari, (3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan, (4) mencipta-kan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok belajar dengan tutor sebaya (berdiskusi, tanyajawab, dan pemecahan masalah), (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi model bahkan media yang sebenarnya, (6) membiasakan siswa untuk  melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (apa yang berhasil, apa yang belum berhasil, mengapa hal itu terjadi, dan selanjutnya bagai-mana), dan (7) melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

0 comments:

Post a Comment