Pembelajaran
kolaborasi (Colaboration Learning)
merupakan model pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori
belajar (Yufiarti 2003). Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai suatu moel
pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil untu mencapai
tujuan yang sama.
Pendekatan kolaborasi bertujuan agar siswa dapat
membangun pengetahuannya melalui dialog, saling membagi informasi sesame siswa
dan guru sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan mental pada tingkat
tinggi. Model ini digunakan pada setiap mata pelajaran terutama yang mungkin
berkembang sharing of information di antara siswa
Belajar kolaborasi
digambarkan sebagai suatu model pengajaran
yang mana para siswa bekerja sama dalam kelompok –kelompok kecil untuk
mencapai tujuan yang sama. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar
kolaboratif, para siswa bekerja sama menyelesaikan masalah yang sama, dan bukan
secara ind ividual
menyelesaikan bagian-bagian yang terpisah dari masalah tersebut. Dengan
demikian, selama berkolaborasi para siswa bekerja sama membangun pemahaman dan
konsep yang sama menyelesaikan setiap bagian dari masalah atau tugas tersebut.
Pendekatan kolaboratif
dipandang sebagai proses membangun dan mempertahankan konsepsi yang sama
tentang suatu masalah. Dari sudut pandang ini, model belajar kolaboratif
menjadi efisien karena para anggota kelompok belajar dituntut untuk berfikir
secara interaktif. Para ahli berpendapat
bahwa berfikir secara interaktif. Para ahli berpendapaat bahwa berfikir bukanlah sekedar
memanipulasi objek-objek mental, melainkan juga interaksi dengan orang
lain dan dengan lingkungan.
Dalam kelas yang menerapkan
model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa dalam berbagai cara khusus
guru mendorong siswa untuk
menggunakan pengetahuan mereka,
menghormati rekan kerjanya dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi.
Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah
sebagai mediator. Guru menghubungkan informasi baru terhadap pengalaman siswa
dengan proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang harus
dilakukan jika siswa mengalami kesulitan dan membantu mereka belajar tentang
bagaimana caranya belajar. Lebih dari itu, guru sebagai mediator menyesuaikan tingkat informasi siswa dan
mendorong agar siswa memaksimalkan kemampuannya untuk bertanggung jawab
atas proses belajar mengajar
selanjutnya.
Sebagai mediator guru
menjalani tiga peran, yaitu berfungsi sebagai fasilitator, model dan pelatih.
Sebagai fasilitator guru menciptakan lingkungan dan kreativitas yang kaya guna
membantu siswa membangun pengetahuannya. Dalam rangka menjalankan peran ini,
ada tiga hal pula yang harus dikerjakan.
Pertama, mengatur lingkungan fisik, termasuk pengaturan tata letak perabot
dalam ruangan serta persediaan berbagai
sumber daya dan peralatan yang dapat membantu proses belajar mengajar siswa. Kedua, menyediakan lingkungan social
yang mendukung proses belajar siswa, seperti mengelompokkan siswa secara
heterogen dan mengajak siswa mengembangkan struktur social yang mendorong
munculnya perilaku yang sesuai untuk berkolaborasi antar siswa , ketiga, guru memberikan tugas memancing
munculnya interaksi antarsiswa dengan lingkungan fisik maupun social di
sekitarnya. Dalam hal ini, guru harus
mampu memotivasi anak.
Peran sebagai model dapat
diwujudkan dengan cara membagi pikiran tentang suatu hal (thinking aloud) atau
menunjukkan pada siswa tentang bagaimana melakukan sesuatu secara bertahap (demonstrasi) . Di samping itu
menunjukkan pada siswa bagaimana cara berpikir sewaktu melalui situasi kelompok
yang sulit dan melalui masalah komunikasi adalah sama pentingnya dengan
mencontohkan bagaimana cara membuat
perencanaan, memonitor penyelesaian tugas dan mengukur apa yang sudah
dipelajari.
Peran guru sebagai pelatih
mempunyai prinsip utama yaitu menyediakan bantuan secukupnya pada saat siswa
membutuhkan sehingga siswa tetap
memagang tanggung jawab atas proses belajar
mereka sendiri. Hal ini dilakukan dengan memberikan petunjuk dam umpan
balik, mengarahkan kembali usa ha
siswa serta membantu mereka menggunakan strategi tertentu.
Salah satu ciri penting dari
kelas yang menerapkan model pembelajaran kolaboratif adalah siswa tidak
dikotak-kotakan berdasarkan kemampuannya, minatnya, ataupun karakteristik dan
mengurangi kesempatan siswa untu belajar bersama siswa lain. Dengan demikian,
semua siswa dapat belajar dari siswa dan tidak ada siswa yang tidak mempunyai
kesempatan untuk memberikan masukan dan
menghargai masukan yang diberikan oran g
lain.
Model kolaboratif dapat
digambarkan sebagai berikut. Ketika terjadi kolaboratif, semua siswa aktif.
Mereka saling berkomunikasi secara alami. Dalam sebuah kelompok yang terdiri
atas 4 sampai 6 anak, di sana
guru sudah membuat rancangan agar siswa yang satu dengan yang lain bisa
berkolaborasi. Dalam kelompok yang sudah ditentukan oleh guru, fasilitas yang
ada pun diusahakan anak mampu berkolaborasi. Misalnya dalam kelompok yang
terdiri atas 4 sampai 6 tersebut seorang guru hanya menyiapkan 2 sampai 3 kota k alat mewarna yang dipakai secara bergantian.
Dengan harapan setiap siswa bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Dengan
komunikasi aktif antar siswa akan terjalin hubungan yang baik dan saling
menghargai. Alat tersebut bukan milik pribadi, melainkan sudah menjadi milik
bersama. Setiap anak tidak merasa memiliki
secara pribadi, tetapi bisa dipakai bersama. Paa saat yang sama
mempunyai keinginan untuk memakainya maka aka terjadi komunikasi yagn alami
dengan penggunaan santun bahasa. Dalam kondisi seperti ini seperti guru hanya
mengamati cara kerja siswa dan cara
berkomunikasi serta menjadi pembanding saat siswa memerlukan bantuan.
Untuk kolaborasi dalam sebuah
mata pelajaran, seorang guru memberikan tugas secara kelompok dengan tujuan yang sama. Setiap siswa dalam kelompok
saling berkolaborasi dengan membagi pengalaman. Dari pengalaman yang dimiliki
oleh masing-masing kelompok, disimpulkan secara bersama. Dalam hal in guru
berperan sebagai pembimbing dan membagi tugas supaya diskusi kelompok bisa
berjalan dengan baik dengan yang direncanakan
Dalam kelas yang menggunakan
model pembelajaran kolaboratif, situasi yang terjadi adalah pengetahuan yang
terbagi antara guru dan siswa. Dengan kata lailn, baik guru maupun siswa dipandang
sebagai sumber informas. Situasi ini jelas berbeda dengan situasi yang umumnya
terjadi dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional guru dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi dan
pengetahuan yang mengalir satu arah dari guru ke murid atau semua pembelajaran
berpusat pada guru.
Untuk
mencapai tujuan yang efektif, seorang
guru perlu menciptakan berbagai cara mengajar yang sesuai dengan mata
pelajaran sehingga dapat berjalan
efektif.
0 comments:
Post a Comment