Wednesday, July 11, 2012

Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi/rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk men-capai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pem-belajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3) diskusi, dan (4) simulasi.
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian materi ajar melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada kelompok siswa. Tanpa mengabaikan kelebihan dan kelemahan-nya, metode ceramah sampai saat ini tidak bisa ditingalkan oleh kebanyak guru. Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan maupun pada tahap palaksanaan.
Tahap persiapan menggunakan metode ceramah, yaitu (1) merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui me-tode ceramah, (2) menentukan pokok-pokok materi ajar yang akan diceramahkan, dan (3) mempersiapkan alat bantu ceramah (transparansi/metode grafis).
Tahap pelaksanaan metode ceramah ada tiga langkah, yaitu (1) langkah pembukaan, (2) langkah penyajian, dan (3) langkah mengakhiri/menutup ceramah.
Langkah pembukaan dalam metode ceramah, yaitu (a) me-nyampaikan tujuan yang harus dicapai siswa dan (b) melakukan apersepsi. Apersepsi yakni menghubungkan materi ajar yang lalu dengan materi ajar yang akan dibahas.
Langkah penyajian adalah tahap penyampaian materi ajar dengan cara bertutur. Agar metode ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran, guru harus selalu menjaga perhatian siswa tetap terarah pada materi ajar yang sedang dibahas. Untuk men-jaga perhatian siswa, ada lima yang dapat dilakukan, yaitu (a) menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa, (b) gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa, (c) sajikan materi ajar secara sistematis, tidak meloncat-loncat, (d) tanggapi respon siswa dengan segera, dan (e) jagalah agar kelas tetap kondusif dan menyenangkan untuk belajar (dengan menunjukkan sikap bersahabat dan akrab, penuh gairah menyam-paikan materi ajar, sesekali diselingi humor yang segar).
Langkah mengakhiri ceramah, dapat dilakukan dengan (a) membimbing siswa untuk menarik simpulan atau merangkum materi ajar yang baru saja dibahas, (b) merangsang siswa untuk menanggapi atau memberi ulasan tentang materi ajar yang baru dibahas, dan (c) mengevaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi ajar yang baru dibahas.
Metode demonstrasi adalah metode penyajian materi ajar dengan memperagakan suatu proses, situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau sekedar tiruan. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi ekspositori dan inquiry. Agar metode demonstrasi berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan maupun pada tahap palaksanaan.
Tahap persiapan menggunakan metode demonstrasi, yaitu (1) merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui metode demonstrasi, (2) persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, dan (3) lakukan ujicoba de-monstrasi.
Tahap pelaksanaan metode demonstrasi ada tiga langkah, yaitu (1) langkah pembukaan, (2) langkah penyajian, dan (3) langkah mengakhiri/menutup demonstrasi.
Langkah pembukaan dalam metode demonstrasi, yaitu (a) mengatur tempat duduk, agar semua siswa dapat memperhatikan/melakukan demonstrasi, (b)  menyampaikan tujuan yang harus di-capai siswa, dan (c) kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa. 
Langkah pelaksanaan demonstrasi, yaitu: (a) dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir (melalui pertanyaan yang memuat teka-teki), (b) menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan, (c) yakinkan semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa, dan (d) berikan kesempatan bagi siswa untuk aktif berpikir lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.
Langkah mengakhiri demonstrasi, dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demons-trasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Selain mem-berikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya demonstrasi, untuk melakukan perbaikan selanjutnya.
Metode diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran meng-hadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan metode diskusi, yaitu untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, dan untuk membuat keputusan. Diskusi di sini bukan debat yang bersifat adu argumen, tetapi diskusi lebih besifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Sedikitnya terdapat empat jenis metode diskusi yang dapat digunakan dalam pembelajaran, yaitu (1) diskusi kelas, (2) diskusi kelompok kecil, (3) simposium, dan (4) diskusi panel.
Diskusi kelas merupakan proses pemecahan masalah yang dilakukan seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur pelaksanaannya, yaitu (1) guru membagi tugas pelaksana diskusi (moderator, penulis), (2) sumber masalah (guru/siswa/ahli dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit, (3) siswa peserta diskusi diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan dengan terlebih dahulu mendaftar kepada mode-rator, (4) sumber masalah memberi tanggapan, dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
Diskusi kelompok kecil dilaksanakan dalam kelompok-kelom-pok yang jumlah anggotanya 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub-masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam ke-lompok kecil, masing-masing ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya, ditanggapi anggota kelompok lainnya dan di simpulkan.
Simposium sebagai metode pembelajaran, membahas suatu persoalan dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan dalam pembelajaran untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Proses simposium secara sing-kat, yaitu setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri pembacaan sim-pulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
Diskusi panel sebagai metode pembelajaran, membahas suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis (4-5 orang) di hadapan audiens. Dalam diskusi panel, audiens tidak terlibat secara langsung, hanya sekedar peninjau para panelis yang melak-sanakan diskusi. Agar diskusi panel efektif ada baiknya digabung-kan dengan metode lain, seperti penugasan. Siswa ditugaskan untuk merumuskan/menyimpulkan hasil pembahasan dalam diskusi.
Langkah-langkah melaksanakan diskusi, yaitu: (1) persiapan diskusi, (2) pelaksanaan diskusi, dan (3) menutup diskusi. Masing-masing langkah dijelaskan singkat di bawah.
Tahap persiapan diskusi, yaitu (a) merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan harus dipahami setiap siswa peserta diskusi. Tujuan sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan diskusi, (b) me-nentukan jenis diskusi yang sesuai dengan tujuannya, (c) menetap-kan masalah yang akan dibahas. Masalah ditentukan sesuai materi ajar atau masalah aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat tetapi tetap dihubungkan dengan materi ajar, dan (d) memper-siapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi (moderator, notulen, tim perumus).
Tahap pelaksanaan diskusi, yaitu: (a) memeriksa persiapan untuk kelancaran diskusi, (b) memberikan pengarahan (menyam-paikan tujuan dan aturan dalam diskusi), (c) melaksanakan diskusi dengan memperhatikan iklim belajar menyenangkan, (d) mem-berikan kesempatan kepada peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide, dan (e) mengendalikan arah pembicaraan tetap pada pokok persoalan.
Tahap menutup diskusi, yaitu (a) membuat simpulan sesuai hasil diskusi dan (b) me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Metode simulasi sebagai metode pembelajaran dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan. Metode simulasi digunakan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Asumsi penggunaan metode simulasi adalah tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Misalnya, siswa sebelum mengoperasikan mesin, akan lebih baik melalui simulasi terlebih dahulu. Begitu juga, untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan suatu peristiwa, menggunakan simulasi akan lebih baik. Simulai sebagai metode pembelajaran, sedikitnya ada tiga jenis, yaitu (1) sosiodrama, (2) psikodrama, dan (3) role playing.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran, untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial. Sosiodrama ditujukan untuk memberikan pe-mahaman dan penghayatan tentang masalah-masalah sosial, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang berangkat dari masalah psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan tekanan-tekanan yang dialaminya.
Role playing (bermain peran) adalah metode pembelajaran bagian dari simulasi yang difokuskan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul masa mendatang. Topik yang bisa diangkat untuk role playing dalam pembelajaran matematika, misalnya memainkan peran penjual dan pembeli (permainan pasaran) dalam aritmetika sosial.
Langkah-langkah melaksanakan simulasi, yaitu: (1) persiapan simulasi, (2) pelaksanaan simulasi, dan (3) menutup simulasi. Masing-masing langkah dijelaskan singkat di bawah.
Persiapan simulasi, yaitu (a) menetapkan masalah/topik dan tujuan pembelajaran, (b) memberikan gambaran masalah yang akan disimulasikan, (c) memetapkan pemain, peranan yang harus dimain-kan oleh pemeran, dan waktu yang digunakan, dan (d) memberikan kesempatan kepada pemain untuk bertanya berkaitan perannya.
Pelaksanaan simulasi, yaitu (a) simulasi mulai dimainkan oleh siswa kelompok pemeran, (b) siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian, (c) guru membimbing siswa pemeran yang men-dapat kesulitan, dan (d) simulasi dihentikan pada saat puncak, hal ini dilakukan agar siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang disimulasikan.
Penutupan simulasi, yaitu (a) mengadakan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Siswa didorong agar memberikan kritik dan tanggapan terhadap pelak-sanaan simulasi dan (b) secara bersama-sama merumuskan simpulan materi yang disimulasikan.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan metode secara spe-sifik. Misalkan, penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Taktik pembelajaran merupakan gaya guru dalam melaksa-nakan teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua guru sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan berbeda dalam taktik yang diguna-kannya. Dalam penyajiannya, guru yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memiliki sense of humor yang tinggi, sementara guru yang satunya lagi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, penga-laman, dan tipe kepribadian guru yang bersangkutan. Melalui taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni.
Selain istilah-istilah tersebut di atas, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pem-belajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih me-nunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. 

0 comments:

Post a Comment