Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi/rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk men-capai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pem-belajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3) diskusi, dan (4)
simulasi.
Metode
ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian materi ajar melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung pada kelompok siswa. Tanpa mengabaikan
kelebihan dan kelemahan-nya, metode ceramah sampai saat ini tidak bisa
ditingalkan oleh kebanyak guru. Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa
hal yang harus dilakukan dalam persiapan maupun pada tahap palaksanaan.
Tahap
persiapan menggunakan metode ceramah, yaitu (1) merumuskan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai melalui me-tode ceramah, (2) menentukan pokok-pokok materi
ajar yang akan diceramahkan, dan (3) mempersiapkan alat bantu ceramah (transparansi/metode
grafis).
Tahap
pelaksanaan metode ceramah ada tiga langkah, yaitu (1) langkah pembukaan, (2)
langkah penyajian, dan (3) langkah mengakhiri/menutup ceramah.
Langkah
pembukaan dalam metode ceramah, yaitu (a) me-nyampaikan tujuan yang harus
dicapai siswa dan (b) melakukan apersepsi. Apersepsi yakni menghubungkan materi
ajar yang lalu dengan materi ajar yang akan dibahas.
Langkah
penyajian adalah tahap penyampaian materi ajar dengan cara bertutur. Agar
metode ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran, guru harus selalu
menjaga perhatian siswa tetap terarah pada materi ajar yang sedang dibahas.
Untuk men-jaga perhatian siswa, ada lima yang dapat dilakukan, yaitu (a)
menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa, (b) gunakan bahasa yang
komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa, (c) sajikan materi ajar secara
sistematis, tidak meloncat-loncat, (d) tanggapi respon siswa dengan segera, dan
(e) jagalah agar kelas tetap kondusif dan menyenangkan untuk belajar (dengan
menunjukkan sikap bersahabat dan akrab, penuh gairah menyam-paikan materi ajar,
sesekali diselingi humor yang segar).
Langkah
mengakhiri ceramah, dapat dilakukan dengan (a) membimbing siswa untuk menarik
simpulan atau merangkum materi ajar yang baru saja dibahas, (b) merangsang
siswa untuk menanggapi atau memberi ulasan tentang materi ajar yang baru
dibahas, dan (c) mengevaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi
ajar yang baru dibahas.
Metode
demonstrasi adalah metode penyajian materi ajar dengan memperagakan suatu
proses, situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau sekedar tiruan.
Metode demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi
ekspositori dan inquiry. Agar metode demonstrasi berhasil, maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan maupun pada tahap
palaksanaan.
Tahap
persiapan menggunakan metode demonstrasi, yaitu (1) merumuskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai melalui metode demonstrasi, (2) persiapkan
garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, dan (3) lakukan
ujicoba de-monstrasi.
Tahap
pelaksanaan metode demonstrasi ada tiga langkah, yaitu (1) langkah pembukaan,
(2) langkah penyajian, dan (3) langkah mengakhiri/menutup demonstrasi.
Langkah
pembukaan dalam metode demonstrasi, yaitu (a) mengatur tempat duduk, agar semua
siswa dapat memperhatikan/melakukan demonstrasi, (b) menyampaikan tujuan yang harus di-capai
siswa, dan (c) kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa.
Langkah
pelaksanaan demonstrasi, yaitu: (a) dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berpikir (melalui pertanyaan yang memuat teka-teki), (b)
menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan, (c) yakinkan semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memperhatikan reaksi seluruh siswa, dan (d) berikan kesempatan bagi siswa untuk
aktif berpikir lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses
demonstrasi.
Langkah
mengakhiri demonstrasi, dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan demons-trasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Selain mem-berikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa
melakukan evaluasi bersama tentang jalannya demonstrasi, untuk melakukan
perbaikan selanjutnya.
Metode
diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran meng-hadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan metode diskusi, yaitu untuk memecahkan permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, dan untuk membuat
keputusan. Diskusi di sini bukan debat yang bersifat adu argumen, tetapi
diskusi lebih besifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu
secara bersama-sama. Sedikitnya terdapat empat jenis metode diskusi yang dapat
digunakan dalam pembelajaran, yaitu (1) diskusi kelas, (2) diskusi kelompok
kecil, (3) simposium, dan (4) diskusi panel.
Diskusi
kelas merupakan proses pemecahan masalah yang dilakukan seluruh anggota kelas
sebagai peserta diskusi. Prosedur pelaksanaannya, yaitu (1) guru membagi tugas
pelaksana diskusi (moderator, penulis), (2) sumber masalah (guru/siswa/ahli
dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit, (3)
siswa peserta diskusi diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan dengan
terlebih dahulu mendaftar kepada mode-rator, (4) sumber masalah memberi
tanggapan, dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
Diskusi
kelompok kecil dilaksanakan dalam kelompok-kelom-pok yang jumlah anggotanya 3-5
orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub-masalah yang harus
dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam ke-lompok kecil,
masing-masing ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya, ditanggapi anggota
kelompok lainnya dan di simpulkan.
Simposium
sebagai metode pembelajaran, membahas suatu persoalan dari berbagai sudut
pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan dalam pembelajaran untuk
memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Proses simposium secara sing-kat,
yaitu setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang
dibahas, maka simposium diakhiri pembacaan sim-pulan hasil kerja tim perumus
yang telah ditentukan sebelumnya.
Diskusi
panel sebagai metode pembelajaran, membahas suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis (4-5 orang) di hadapan audiens. Dalam diskusi
panel, audiens tidak terlibat secara langsung, hanya sekedar peninjau
para panelis yang melak-sanakan diskusi. Agar diskusi panel efektif ada baiknya
digabung-kan dengan metode lain, seperti penugasan. Siswa ditugaskan untuk
merumuskan/menyimpulkan hasil pembahasan dalam diskusi.
Langkah-langkah
melaksanakan diskusi, yaitu: (1) persiapan diskusi, (2) pelaksanaan diskusi,
dan (3) menutup diskusi. Masing-masing langkah dijelaskan singkat di bawah.
Tahap
persiapan diskusi, yaitu (a) merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan harus
dipahami setiap siswa peserta diskusi. Tujuan sebagai alat kontrol dalam
pelaksanaan diskusi, (b) me-nentukan jenis diskusi yang sesuai dengan
tujuannya, (c) menetap-kan masalah yang akan dibahas. Masalah ditentukan sesuai
materi ajar atau masalah aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat tetapi
tetap dihubungkan dengan materi ajar, dan (d) memper-siapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi (moderator, notulen, tim
perumus).
Tahap
pelaksanaan diskusi, yaitu: (a) memeriksa persiapan untuk kelancaran diskusi,
(b) memberikan pengarahan (menyam-paikan tujuan dan aturan dalam diskusi), (c)
melaksanakan diskusi dengan memperhatikan iklim belajar menyenangkan, (d)
mem-berikan kesempatan kepada peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan
ide, dan (e) mengendalikan arah pembicaraan tetap pada pokok persoalan.
Tahap
menutup diskusi, yaitu (a) membuat simpulan sesuai hasil diskusi dan (b) me-review
jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan
balik untuk perbaikan selanjutnya.
Metode
simulasi sebagai metode pembelajaran dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan. Metode simulasi digunakan untuk
memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Asumsi penggunaan metode
simulasi adalah tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya. Misalnya, siswa sebelum mengoperasikan mesin, akan
lebih baik melalui simulasi terlebih dahulu. Begitu juga, untuk mengembangkan
pemahaman dan penghayatan suatu peristiwa, menggunakan simulasi akan lebih
baik. Simulai sebagai metode pembelajaran, sedikitnya ada tiga jenis, yaitu (1)
sosiodrama, (2) psikodrama, dan (3) role playing.
Sosiodrama
adalah metode pembelajaran bermain peran, untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fenomena sosial. Sosiodrama ditujukan untuk memberikan
pe-mahaman dan penghayatan tentang masalah-masalah sosial, serta mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Psikodrama
adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang berangkat dari masalah
psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri,
menyatakan tekanan-tekanan yang dialaminya.
Role
playing (bermain
peran) adalah metode pembelajaran bagian dari simulasi yang difokuskan untuk
mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa aktual, atau
kejadian-kejadian yang mungkin muncul masa mendatang. Topik yang bisa diangkat
untuk role playing dalam pembelajaran matematika, misalnya memainkan
peran penjual dan pembeli (permainan pasaran) dalam aritmetika sosial.
Langkah-langkah
melaksanakan simulasi, yaitu: (1) persiapan simulasi, (2) pelaksanaan simulasi,
dan (3) menutup simulasi. Masing-masing langkah dijelaskan singkat di bawah.
Persiapan
simulasi, yaitu (a) menetapkan masalah/topik dan tujuan pembelajaran, (b)
memberikan gambaran masalah yang akan disimulasikan, (c) memetapkan pemain,
peranan yang harus dimain-kan oleh pemeran, dan waktu yang digunakan, dan (d)
memberikan kesempatan kepada pemain untuk bertanya berkaitan perannya.
Pelaksanaan
simulasi, yaitu (a) simulasi mulai dimainkan oleh siswa kelompok pemeran, (b)
siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian, (c) guru membimbing siswa
pemeran yang men-dapat kesulitan, dan (d) simulasi dihentikan pada saat puncak,
hal ini dilakukan agar siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang
disimulasikan.
Penutupan
simulasi, yaitu (a) mengadakan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun
materi cerita yang disimulasikan. Siswa didorong agar memberikan kritik dan
tanggapan terhadap pelak-sanaan simulasi dan (b) secara bersama-sama merumuskan
simpulan materi yang disimulasikan.
Teknik
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan guru dalam
mengimplementasikan metode secara spe-sifik. Misalkan, penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong
aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Taktik
pembelajaran merupakan gaya guru dalam melaksa-nakan teknik pembelajaran
tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua guru sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan berbeda dalam taktik yang
diguna-kannya. Dalam penyajiannya, guru yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memiliki sense of humor yang tinggi, sementara guru
yang satunya lagi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
penga-laman, dan tipe kepribadian guru yang bersangkutan. Melalui taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni.
Selain
istilah-istilah tersebut di atas, dalam proses pembelajaran dikenal juga
istilah desain pembelajaran. Jika strategi pem-belajaran lebih berkenaan dengan
pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
pembelajaran lebih me-nunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
0 comments:
Post a Comment