Friday, January 11, 2013

JENIS JENIS PENELITIAN



JENIS-JENIS PENELITIAN

a. Dasar filosofis penelitian

Jenis penelitian berdasarkan pada landasan filosofisnya dibagi dua :
  1. penelitian kuantitatif landasan filosofisnya positivisme, filsafat ini melihat fenomena sebagai sesuatu yang rasional, general, dan empiris, maka  menggunakan statistik untuk proses pengolahan datanya.
  2. penelitian kualitatif landasan filosofis konstruksionisme ( realitas dunia social bukan suatu yang alami, tetapi hasil dari konstruksi ) , fenomenologi ( fenomena social sebagai obyek penelitian dilihat sebagaimana adanya ) dan hermeneutic (fenomena social dilihat dari sisi maknanya ).
Implikasi dari jenis penelitian yang akan digunakan adalah pada metode penelitian. Untuk menentukan metode penelitian yang akan digunakan maka perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
  1. tipe pertanyaan penelitiannya.
  2. kontrol yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan ditelitinya.
  3. fokus terhadap fenomena penelitiannya (fenomena kontemporer ataukah fenomena histories).

b. metode penelitian kuantitatif
Penggunaan metode kuantitatif dasar filsafatnya positivistic pada metode ini,  maka tidak bisa melepaskan diri dari  aspek-aspek; rasionalitas, generalisasi, empirisme dan penggunaan statistik untuk proses pengolahan datanya. Metode ini menggali data dan menganalisanya dengan menggunakan angka-angka sebagai kode maupun ukuran. Angka berguna untuk menyederhanakan fenomena-fenomena di lapangan dan mempermudah interpretasi data yang ada. Beberapa bentuk penelitian bisa dipolakan seperti ini, jika berorientasi sebagai berikut:
1. Penelitian eksploratif (penjajagan) ; merupakan bentuk penelitian yang dilakukan dalam rangka untuk mengungkap fenomena yang menarik dan penting tetapi belum terungkap atau minim penelitian – penelitian sebelumnya.
2.  Deskriptif; penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data di lapangan, data yang ada dikategorisasikan pada kategori-kategori tertentu, kategori tersebut diberi angka sebagai kode. Temuan-temuan yang ada maka bisa dikuantifikasikan.
3. Penelitian penjelasan (eksplanatif) , penelitian yang berusaha menjelaskan fenomena yang ada dengan cara mencari hubungan kausalitas, perbedaan ataupun perbandingan. Kemudian disusun suatu hipotesis untuk diuji dilapangan. Penelitian ini bedanya dengan di atas pada sifatnya dan teknik analisanya.
4. Penelitian evaluatif; merupakan jenis penelitian yang mengevaluasi suatu program dengan cara melihat dan meneliti pelaksanaan program (evaluasi formatif) dan mengukur hasil dari program atau tingkat pencapaian suatu program.
5. Penelitian prediksi; penelitian yang dilakukan untuk memprediksi suatu fenomena yang terjadi di masa yang akan datang, sehingga hasil penelitian bisa untuk mengantisipasi sejak dini suatu persoalan.
6.  Penelitian operasional; penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel tertentu dari suatu program yang dianggap ada persoalan. Penelitian ini untuk meminimalisasi hambatan-hambatan suatu program sehingga program bisa berhasil (Singarimbun, 1989 : 4 – 6).

b. Metode Penelitian Kualitatif
1. Metode Etnografi
Metode etnografi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang lebih banyak terkait dengan Antropologi, yang mempelajari peristiwa budaya, yang menyajikan pandangan hidup subyek yang menjadi obyek penelitian. Metode ini telah dikembangkan menjadi metode ilmu-ilmu social yang menggunakan landasan phenomenolgi. Etnografi merupakan salah satu diskripsi tentang cara mereka berpikir, hidup dan berperilaku.[1]


2. Thieck Discription
Metode ini diperkenalkan oleh Cliffod Geertz, dimana dalam metode ini menekankan upaya mencari makna, bukan mencari hukum dan berupaya memahami bukan mecari teori atas fenomena budaya dalam masyarakat. Dengan metode ini Geertz berusaha menolak ethnoscientific model Levis – Strauss. Karena keduanya dianggap tidak menggambarkan kehidupan melainkan mengubah yang hidup menjadi suatu system yang formal. Karena budaya menurut Geertz, merupakan fenomena hermeneutic yang memerlukan pemaknaan, bukan memerlukan penjelasan sebab akibat (kausal). Lebih lanjut Geertz menjelaskan bahwa tidak ada social facts yang menunggu observasi kita. Yang ada adalah kesiapan peneliti untuk memberi makna atas observasinya.
3. Grounded Research
Metode ini merupakan suatu metode berupaya membangun teori berdasarkan data-data dari lapangan atau data empiri yang diperoleh secara sistematis. Metode ini pertama kali dikemukakan oleh Glaser dan Strauss. Hal yang mendasar menurut metode ini adalah peran bagaimana proses ditemukannya teori merupakan hal yang terpenting.[2] Metode ini mengkritik tentang tugas ilmu pengetahuan yang hanya mengadakan verifikasi. Karena dengan model verifikasi teori terjadi penipisan temuan teori-teori baru. Menurut Glaser dan Strauss dengan tugas verifikasi maka ilmuwan-ilmuwan kemudian hanyalah bertugas membuktikan parsial dari teori-teorinya orang-orang besar seperti Weber, Parsons dan lain sebagainya.
4. Life History
Metode ini banyak dipakai dalam beberapa ilmu social, di dalam psikiologi metode ini disebut sebagai metode personal dokumen, sedang dalam penelitian sosiologi disebut sebagai human dokumen. Untuk istilah life history dipakai dalam ilmu antropologi. Metode ini merupakan suatu metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data pengalaman individu berupa keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu-individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang menjadi obyek penelitian.[3]
 5. Studi kasus
metode ini meneliti fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata. Pertanyaan penelitiaannya “how” dan “why” dan penelitian hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang diteliti.[4]
6. Studi pustaka
penlitian ini dilakukan dengan memanfaatkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data penelitiannya, sehingga kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan.
Metode ini dilakukan dengan mempertimbangkan sebagai berikut ;
1.   persoalan penelitiannya hanya bisa dijawablewat penelitian pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset lapangan.
2.   studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi pendahuluan untuk memahami lebih dalam gejala baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat.
3.   data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitian.[5]
7.  Studi tokoh :
metode penelitian ini dilakukan untuk mencapai suatu pemahaman tentang ketokohan seseorang individu dalam suatu komunitas tertentu, melalui pandangan-pandangannya yang mencerminkan pandangan warga dalam komunitasnya.
Tujuan studi tokoh :
1.   memperoleh gambaran tentang persepsi, motivasi, aspirasi, dan ambisi sang  tokoh tentang bidang yang digelutinya.
2.   memperoleh gambaran tentang teknik dan strategi yang digunakannya dalam melaksanakan bidang yang digelutinya.
3.   memperoleh gambaran tentang bentuk-bentuk keberhasilan sang tokoh terkait dengan bidang yang digelutinya.
4.   mengambil hikmah dari keberhasilan sang tokoh.


[1]  Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif , edisi IV, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 129.
[2]  Ibid, hal. 120- 121.
[3]  Koentjaraningrat, Metode Penggunaan Data Pengalaman Individu, dalam Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi III, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997, hal. 158.
[4] Robert K. Yin , Studi Kasus ( Desain dan Metode ), Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hlm. 1-2.
[5] Mestika Zed, Metode Penelitian kepustakaan, Yayasan Obor, Jakarta, 2004, hlm. 1-3.

0 comments:

Post a Comment