Wednesday, March 14, 2012

Lidah Tak Bertulang

Lidah tak bertulang, namun ketajamanannya dapat menembus hingga lubuk hati yang paling dalam. Luka yang diakibatkannya pun seringkali sulit untuk bisa dilupakan dalam waktu yang singkat. Lidah atau lisan, adalah salah satu nikmat yang diberikan kepada kita oleh Allah swt. Selain sebagai salah satu indera perasa (indera pengecap). Lidah atau lisan juga sebagai salah satu bagian dari ‘alat’ komunikasi kita. Dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain seperti telinga kita cenderung lebih sering menggunakan lidah.

Dengan kata lain menjaga lisan itu adalah hal yang harus benar-benar kita perhatikan. Sehingga dimasukan dalam salah satu ciri atau tanda berimannya seseorang. Dalam realitanya pun kita dapat melihat seberapa besar bahaya yang diakibatkan oleh ‘kejahatan lisan’. Persaudaraaan, kekerabatan, pertemanan, perceraian, bahkan pertumpahan darah pun bisa terjadi karena bahaya yang dihasilkan oleh lisan. Bahaya tersebut antara lain adalah berupa hasud, fitnah, celaan, dan yang lainnya.

Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.


Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya.

Rasulullah SAW mengatakan : “Lidahnya seorang mukmin ada dibelakang hatinya. Setiap kali ia hendak bicara, mula-mula direnungkan kata-katanya kedalam hatinya. Jika hatinya menyetujui apa yang ingin dikatakannya, maka ia  mengeluarkan perintah kepada lidah untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Akan tetapi jika hatinya tidak mengeluarkan izin, maka bibirnya akan tetap terkunci. Sebaliknya lidah seorang munafik ada didepan hatinya. Setiap kali ia ingin mengucapkan sesuatu, maka ia mengucapkannya tanpa persetujuan dari hatinya”
Diantara hal-hal yang menggelincirkan lidah sehingga mendatangkan mudharat dan dosa, adalah :

1.         Berbicara sia-sia dan berlebihan.
Rasulullah  SAW bersabda: “Dirahmatilah orang menghindari pembicaraan sia-sia…”.
2.         Berbicara Kotor (Batil)
Rasulullah SAW bersabda: “Seburuk-buruknya manusia di Hari Kiamat adalah orang-orang  yang membicarakan yang batil”
3.         Berdebat
Rasulullah  SAW bersabda: “Seorang hamba tidak mencapai kesempurnaan iman yang hakiki hingga ia menghentikan perdebatan sekalipun ia benar”.
4.         Menyalahgunakan lidah.
Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya, di dalam surga terdapat kamar-kamar  yang tembus pandang. Allah telah menyediakan kamar-kamar tersebut bagi orang-orang yang memberikan makan orang yang lapar, menggunakan kata-kata yang santun dalam pembicaraan mereka dan menghindari pembicaraan yang buruk dan menyalahgunakan ucapan”.
5.         Kefasihan yang berlebihan.
Rasulullah SAW bersabda: ”Seburuk-buruknya manusia dalam umatku adalah orang-orang yang mengeluarkan rahmat Ilahi dengan memakan banyak makanan dan mengenakan pakaian warna-warni, namun berbicara dengan menggunakan bahasa fasih yang berlebihan”.
6.         Bersumpah.
Rasulullah SAW bersabda: “Hindarilah bersumpah, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai sumpah dan orang-orang yang biasa bersumpah”
7.         Melaknat.
Melaknat manusia-manusia tertentu adalah merupakan hak mutlak Allah SWT dan Rasulullah SAW, sedangkan manusia lainnya yang melaknat akan terkeluarkan dari lingkaran rahmat Allah.
Rasulullah SAW bersabda: “Seorang mukmin tidak akan melaknat orang lain”.
8.         Bersenda-gurau.
Rasulullah SAW bersabda: “…., jauhilah senda-gurau yang berlebihan”.
9.         Mengolok-olok Orang lain.
Allah SWT berfirman : “Hai orang2 beriman!, Jangan biarkan seseorang menertawai orang lain (menghina orang lain), siapa tahu mereka lebih baik dari kalian. Jangan biarkan pula para perempuan menertawai perempuan lain yang barangkali lebih baik dari mereka, dan janganlah mencari-cari kesalahan seenak dirimu dan memanggil seseorang dengan panggilan yang buruk. Adalah jahat memberi nama buruk terhadap seseorang yang telah menerima iman. Dan barangsiapa tidak peduli (bertobat atas perbuatannya), adalah yang tidak berbuat terhadap dirinya” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).
10.     Membuka Rahasia Orang Lain.
Rasulullah SAW bersabda: “Ketika seseorang mengucapkan sesuatu dan kemudian pergi, maka kata-kata yang ditinggalkannya merupakan sebuah amanah bagi orang yang mendengarnya”
11.     Memasulkan Janji.
Rasulullah SAW bersabda: “(Membuat) janji adalah bagian dari agama”.
12.     Bersumpah/Bersaksi Palsu.
Rasulullah SAW bersabda, “Terimalah enam perkara dariku, niscaya aku akan menerima (dan menjamin) engkau masuk surga: (i). ketika engkau berbicara, jangan berbohong; (ii). Ketika engkau berjanji, jangan mengingkari; (iii). Ketika engkau dipercaya (oleh orang lain), janganlah berkhianat; (iv). Tundukkanlah pandanganmu (dari berbuat dosa); (v). peliharalah kerendahan hati; dan (vi). Jagalah tangan dan lidahmu.
13.     Menggunjing (Berghibah). Rasulullah SAW juga bersabda, “Meninggalkan ghibah lebih berharga disisi Allah Azza wa Jalla daripada mendirikan shalat sunah sepuluh rakaat”

Seorang penya’ir pernah berkata;
“Aku tulis, sesungguhnya aku yakin pada hari penulisanku. Bahwa tangan akan sirna sementara goresannya akan kekal. Jika tulisan itu baik, maka akan dibalas dengan semisalnya. Dan jika tulisan itu jelek, aku akan menanggung akibatnya.”

0 comments:

Post a Comment