Kata mabrur terambil dari kata al-birr. Kata ini berasal dari kata barrayabarrubarran wa birran. Menurut Ibn Faris di dalam Mu'jam Maqayisnya, kata al-birr yang terdiri dari dua huruf, "bab" dan "ra" ini setidaknya memiliki empat arti. Pertama, ash-shiddiq yang berarti benar dan jujur. Kedua, hikayat shautin yaitu ihwal suara dan pembicaraan. Ketiga, khilafu bahri yang berarti lawan dari laut (al-bahr). Keempat, nabtun atau tumbuh-tumbuhan. Di dalam bahasa Arab terdapat kata al-burru yang berarti biji gandum. Jika ditulis tanpa baris, sama bentuknya dengan al-birr. (Ensiklopedi Al-Qur'an: 145).
Adapun komitmen kepada kebenaran sebagai cirri haji mabrur dapat kita temukan pada surah Al-Mujadalah ayat 9 yang isinya berkaitan dengan seruan kepada orang-orang yang beriman untuk tidak saling berpesan di dalam hal dosa dan permusuhan. Sebaliknya mereka diperintahkan untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan. Mengapa hal ini penting? Jawaban Al-Qur'an sendiri cukup meyakinkan kita bahwa semua kita akan kembali kepada Allah. tidak ada yang layak kita persembahkan kepada Allah, kecuali, al-birra (kebaikan) dan ketakwaan itu sendiri.
Merujuk Al-Qur'an, kita dapat berkata, haji mabrur adalah haji yang paripurna. Alasannya, seluruh kebaikan; formal dan susbtantif berkumpul pada diri sang haji. Wajarlah jika balasan orang yang memperoleh haji mabrur hanya surga.
Hadanallâh wa iyyâkum ajma‘în.