Pembelajaran IPA harus diajarkan baik sebagai produk maupun sebagai proses. Produk IPA terdiri atas fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, hukum dan postulat. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang mengajarkan IPA hanya sebatas IPA sebagai produk. Siswa jarang diajak untuk melakukan pembelajaran sebagai proses sehingga siswa kerap kali mempelajari IPA sebatas teori dan hukum-hukum, serta postulat-postulat dalam IPA.Pembelajaran yang bersifat teacher centered, di mana guru hanya meyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual akan berdampak pada kurang berkembangnya sikap ilmiah siswa. Hal ini dikarenakan peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya, cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor.
Kenyataan bahwa hasil belajar siswa
masih rendah tersebut mendorong diperlukannya suatu perbaikan pembelajaran guna
meningkatkan sikap ilmiah pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang
dipandang dapat mendorong berkembangnya sikap ilmiah adalah model POE (Prediction,
Observation, Explanation). Melalui pembelajaran model POE, siswa
didorong untuk berpikir kritis dalam menyusun prediksi-prediksi dalam IPA,
kemudian didorong melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi yang sudah
disusun dan selanjutnya menjelaskan hasil percobaan dibandingkan dengan
prediksi yang sudah disusun sebelumnya.
Lokasi sekolah yang berada di wilayah
pedesaan seperti SMP Negeri 2 Kaliwungu Kendal sangat mendukung untuk melakukan
pembelajaran dengan mengamati ekosistem secara langsung di lingkungan alam baik
di kebun atau persawahan yang masih banyak ditemui di sekitar sekolah.
Penggunaan model pembelajaran POE
(Prediction, Observation, Explanation) diharapkan dapat meningkatkan sikap
ilmiah dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Fisika bagi siswa.
Hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa
dari proses belajar. Menurut Sudjana (2012: 3) pada hakikatnya hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotoris.
Model pembelajaran POE
menggali pemahaman konsep IPA siswa melalui
tiga langkah utama. Menurut Indrawati dan Setiawan (2009: 45) ketiga langkah utama dalam model pembelajaran
POE dapat diuraikan sebagai berikut:
satu) Predict, merupakan suatu
proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa fisika. Dalam membuat dugaan
siswa sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. dua) Observe, yaitu melakukan
penelitian, pengamatan apa yang terjadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk
melakukan percobaan, untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. tiga) Explain, yaitu pemberian
penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen
dari tahap observasi.
Penelitian menyimpulkan bahwa:satu)
kognitif proses siswa dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan model
POE berbasis ketrampilan proses termasuk dalam kategori baik, dua) peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan model POE berbasis ketrampilan proses termasuk dalam kategori
sedang, tiga) ada perbedaan
signifikan hasil belajar siswa antara menggunakan model POE berbasis
ketrampilan proses dengan yang tidak menggunakan model POE berbasis ketrampilan
proses.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: satu) aktivitas belajar IPA siswa dengan penerapan model POE lebih
tinggi daripada aktivitas belajar IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran
konvensional, dua) hasil belajar IPA
siswa dengan penerapan model POE lebih tinggi daripada hasil belajar IPA siswa
dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
penerapan model POE terbukti efektif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA.
*)Sukasmo, terbit tanggal 12 Des 2019, Radar semarang Jawa Pos